Lihat ke Halaman Asli

Budiyanti

Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Sahur... Sahur

Diperbarui: 27 Maret 2023   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara kotekan menggema ketika anak-anak berkeliling kampung. Mereka berseruuntuk membangunkan warga yang akan sahur. Biasanya sekitar pukul 03.00 anak-anak berkumpul di depan Masjid. Beberapa menit kemudian berkeliling.

"Sahur...sahur!"

Suara yang berasal dari bambu atau kaleng bekas  terus berbunyi merdu  agar para warga tidak kesiangan untuk sahur.

"Mas, ayooo ikutan. Tuh, teman-teman sudah di depan rumah!" ucap Galih sambil menggoyang-goyangkan tubuh kakaknya yang tidur di sebelahnya.

"Apa sih, ganggu saja," ucap Arif sambil membelakangi adiknya lalu merapatkan selimut.

Galih tak kalah pintar untuk membangunkan kakaknya. Diambilah sarung kakaknya lalu dibisikkan kalau besok jatah coklat dari ayah akan diberikan. Entah kenapa Arif mulai menggeliat lalu duduk.

"Izin bunda dulu Dik," saran Arif sambil berusaha berdiri. Tanpa pikir panjang Galih menuju dapur menemui bundanya yang sedang memasak. Bunda Dian menyetujui asal sebelum imsak sudah sampai rumah.

Galih dan Arif pun bergabung dengan anak kampung. Galih sudah menyiapkan kentongan. Arif sengaja tak membawa apa-apa. Ia ingin meramaikan saja. Sejak ada anak-anak yang suka berkeliling, para ibu tidak kesiangan sahur. Sambutan orangtua amat senang. Tradisi yang perlu dilestarikan karena cara ini menarik dan menjadikan anak saling berinteraksi dengan temannya. Alhamdulilah desa Kaliputih masih ada tradisi tersebut. Sedangkan desa lain sudah tidak ada karena malas dan menggunakn yang simple yaitu alrm HP.

Tak menunggu lama, anak-anak bubar. Galih dan kakaknya Arif sampai rumah sebelum imsak. Mereka sudah disiapkan menu sahur yang enak yaitu opor ayam. Usai membersihkan tangan mereka sahur bersama. Namun, Galih tak menghabiskan nasinya.    

"Kenyang Bund, gak habis nih," kata Galih sambil meletakkan piring yang masih ada nasi dan lauk.

Bunda Dian kaget dengan ulah anak keduanya. Tak biasanya seperti ini. Sepiring nasi biasanya habis. Kini ditinggalkan nasinya lalu menuju kamar. Ia ingin tidur lagi. Rupanya rasa kantuk masih terasa. Bunda Dian pun membuatkan susu agar bisa diminum anakknya. Ibu yang pintar memasak ini tak ingin besok anakknya tak kuat berpuasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline