Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini menjadi berbeda bagi saya karena tidak lagi meengikuti upacara hari guru seperti guru lainnya. Namun, walaupun tidak memperingati secara resmi, hati saya masih menjadi guru walaupun tidak tatap muka dengan siswa. Guru bagi anak-anak, guru untuk diri sendiri dan yang lebih membanggakan diri sendiri adalah guru penulis. Alhamdulilah di usia senja saya masih bisa membantu menggerakkan guru untuk menulis dalam komunitas GBM ( Guru Bisa Menulis).
Menjadi guru penulis itu selain membanggakan bisa sebagai contoh pada anak didik bahwa guru bukan hanya memerintah untuk menulis saja. Saya bukan hanya memerintahkan para siswa menulis deskripsi, narasi, kisah inspiratif sesuai KD yang ada. Namun, saya pun bisa memberi contoh pada para siswa untuk mengapreasi karya solo saya untuk dibuat resensi atau menganalis cerpen. Hal ini tentu saja amat membanggakan karena bukan hanya OD ( Omong Doang) melainkan bisa menunjukkan karya pada siswa. Alhamdulilah beberapa buku saya telah menghiasi rak buku sekolah dan beberapa tahun lalu pernah mejeng di rak buku gramedia. Betapa bangga melihat karya diri sendiri bisa mejeng di rak buku di toko buku se-Indonesia.
Kegiatan menulis saya mulai bukan lagi saat muda lagi. Namun, semangat terus terukir indah di hati walaupun kini sudah purna. Menulis menjadi pilihan yang sudah terpatri di hati. Semua itu asal diniati semua guru bisa. Niatlah yang utama. Walapun ada segudang bakat tapi tidak ada niat mustahil bisa menulis. Selanjutjan segera action. Bergerak untuk menulis. Seribu teori tanpa praktik tidak akan bisa. Menurut Habiburrahman, kala kita ingin berenanga ya harus terjun ke air. Jangan takut air jika ingin bisa berenang. Begitupun menulis harus banyak latihan dan mempraktikkan. Semakin banyak berlatih akan semakin terasah. Jangan takut salah. Terus menulis dan menulis.
Guru itu sibuk, kapan waktu menulis?
Itulah alibi yang selalu menjadi tameng untuk tidak menulis. Manusia sampai kapan pun akan sibuk Kesibukan menjadi tameng Kita kan mencari pekerjaan, tentunya akan sibuk. Pensiunan saja sibuk hee. Sekarang kembali ke diri sendiri. Niat tidak? jika kita sudah niat ya harus berusaha komitmen untuk menulis. Menurut Bapak Ngainun Naim, menulis bisa dicicil atau istilah beliau adalah dengan Ngemil. Kita bisa menggunakan waktu yang ada dengan menyicil. Saat senggang bisa menyicil satu paragraf. Waktu lain dilanjutkan sehingga menjadi tulisan utuh. Luangkan waktu untuk menulis jangan menulis waktu luang. Biasanya kita memang ada kegiatan tiada henti. Benarkah? Mari introsepsi diri. Berapa waktu yang kita gunakan untuk bersosial media? Berapa lama kita memelototi WA atau berhappy ria dengan Tik Tok atau media lain.
Tidak usah lama kita luang waktu kita di antara 24 jam yang kita punyai. Banyak penulis yang notabene orang sibuk. Mereka bisa menulis juga walaupun sibuk sebagai pegawai atau pekerja lain. Setelah banyak berlatih kita bisa posting tulisan kita di medsos atau blog sendiri. Gabung juga di grup menulis. Bisa gabung di kompasiana. Tempat yang bagus untuk belajar menulis. Kita pun akan merasa bangga dan senang. jika karya kita dibaca oleh orang banyak. Ini pun menjadi ladang ibadah bagi kita.
Oleh karena itu, tak alasan untuk tidak menjadi guru penulis. Yuk, peringatan hari guru tahun ini kita tingkatkan professional kita menjadi guru hebat salah satunya menjadi guru penulis. Selamat Hari Guru, semoga guru-guru Indonesia bisa mencetak generasi bangsa yang berkualitas dan berkarakter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H