Lihat ke Halaman Asli

Budiyanti

Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Jangan Biarkan Pekarangan Rumah Kosong

Diperbarui: 17 September 2022   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok  WhatsApp dari Omjay 

Jangan Biarkan Pekarangan Rumah Kosong


Memanfaatkan pekarangan kosong dengan berkebun adalah hal yang membawa banyak keuntungan bagi hidup kita. Seperti pengalaman penulis, di depan dan belakamng rumah ada beberapa tanaman. Di depan ada bunga-bunga yang saya tanam di pot. Ada pohon Durian tetapi belum berbuah. Sedangkan di belakang rumah ada pohon alpukat, mangga, dan pohon pisang. Ada beberapa pohoh cabe tetapi hanya beberapa berbuah. 

Dokpri 

Pohon tomat hanya dua tapi belum berbuah. Selain itu, ada beberapa tanaman anggrek. Sayangnya bunganya baru saja rontok. Kala berbunga benar-benar menarik hati.
Menurut penulis banyak sekali yang bisa kami nikmati kala bisa berkebun di pekarangan rumah.

Dokpri 


Pertama, menciptakan suasana hijau. Manusia membutuhkan oksigen. Saat rumah kita sejuk dengan pepohonan yang rindang, kita bisa menghirup udara segar dengan sebebas-bebasnya. Kita pun jadi sehat.

Dokpri 

Kedua, memberi harapan positif. Kala kita menanam apa pun, hati kita penuh harapan. Penuh harap itu memberikan energy positif bagi pikiran kita. Saat pohon pisang mulai berbuah, melihat pohon alpukat bergelantungan atau melihat tanaman Lombok sudah berbunga itu benar-benar membuat hati bahagia. Ingin rasanya segera melihat tanaman yang kita tanam berbuah. Walaupun buahnya tidak begitu banyak, hati rasanya senang melihat tananam subur. Apalagi buahnya banyak.


Ketiga, bisa berbagi rejeki. Hidup bertetangga harus saling memberi dan berbagi. Tetangga ada saudara terdekat. Oleh karena itu, kita harus baik dengan tetangga. 

Salah satunya dengan cara berbagi rejeki dari hasil panen. Kala ada buah yang berlebih, tetanggalah yang pertama kami utamkan. Selanjutnya baru saudara atau teman yang jauh. Umpama kita berpanen pisang, kita pilih beberapa sisir untuk dibagikan ke tetangga. Tidak mungkin pisang sebanyak itu dimakan sendiri. Berbagi rejeki itu indah, apalagi hasil panen sendiri. Insya Allah akan dibalas kebaikan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline