Lihat ke Halaman Asli

Budiyanti

Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Pembelajaran yang Berkualitas dan Menyenangkan

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tahun ajaran baru sudah  sudah tiba. Kegiatan Belajar Mengajar kembali kita geluti sebagaimana mestinya. Sebagai penddidik , sudahkah kita mempersiapkan diri?

Pada sekolah tertentu sebelum tahun ajaran baru dimulai , para guru mengikuti work shop singkat untuk membuat perangkat pembelajaran yang meliputi membuat silabus, penentuan KKM atau membuat Progam Tahunan dan Program Semester. Bagaimana dengan sekolah kita ?

Bertolak ada tidaknya work shop, yang terpenting bagi kita adalah mempersiapkan diri dengan baik untuk mengantarkan anak didik kita dengan baik. Kita harus bisa melakukan pembaharuan dalam pembelajaran yang akan datang . Kita tidak boleh berhenti dengan pembelajaran yang monoton , membosankan dan kurang kreatif . Pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan menjadi dambaan setiap siswa .

Pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan menjadi prioritas utama bagi kita. Berbagai model dapat kita terapkan, antara lain model Mind Mapp, Model Kepala Bernomor , Model Jigsau dan lain-lain.  . Kita bisa mengakses di internet untuk mengetahui lebih rinci berbagai model pembelajaran yang berkualitas sekaligus menyenangkan. Kita bisa memilih model-model tadi untuk disesuaikan dengan materi mata pelajaran yang akan kita ajarkan.

kita sudah mengetahui berbagai model pembelajaran , silabus sudah ada maka kita tinggal membuat RPP. RPP disesuaikan dengan waktu pembelajaran . Pembelajaran pagi tentu tidak sama dengan siang . Kita racik pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran tercapai sesuai dengan rencana.

Jika perangkat sudah lengkap kita tinggal menyajikannya. Kita harus bisa menyajikan materi dengan sebaik mungkin. Paradigma telah bergeser , siswalah menjadi subjek pembelajaran bukan guru. Siswa dituntut aktif dalam setiap pembelajaran.

Yang harus kita perhatikan saat apersepsi , kita harus membuat suasana menyenangkan , jangan ada kesan kaku, tegang, atau menakutkan. Untuk itu,  guru bisa mengajak siswa bertanya jawab tentang berita yang sedang berkembang saat itu atau guru bercerita yang lucu sehingga di awal pembelajaran anak sudah senang. Selain itu, anak bisa diajak  bernyanyi kira-kira satu menit . Setelah anak sudah tidak tegang , kita masuki materi pembelajaran. Buatlah setting pembelajaran yang baru, jangan hanya bentuk konvesional , bentuk seperti itu hanya untuk membuka dan menutup pembelajaran . Kita bisa membuat  tempat duduk lingkaran atau bentuk  U. Metode yang kita pilih kita aplikasikan  saat itu .

Sampailah pada akhir pembelajaran. Sebelum kita tutup , kita membuat kesimpulan dan evaluasi. Kita simpulkan materi saat itu lalu kita mengadakan evaluasi. Evaluasi dapat lakukan secara lisan atau tertulis . Hasil evaluasi kita nilai lalu beberapa yang terbaik kita tempelkan di papan paparan.  Kita berikan reward pada siswa yang hasilnya baik dengan tepuk tangan . Pemberian reward akan membuat anak merasa bangga dan dihargai, apalagi hasil karya siswa dipasang di papan paparan . Wah.. anak akan senang. Selanjutnya kita melakukan refleksi. Refleksi bisa kita lakukan dengan memberi secarik kertas pada siswa . Siswa menuliskan kesan-kesan yang dialami selama pembelajaran berlangsung, senangkah atau sebaliknya. Kita juga bisa bertanya jawab pada siswa mengenai pembelajaran saat itu. Jika ada yang kurang pada pembelajaran saat itu, kita bisa membenahi pada pertemuan berikutnya.

Demikianlah pembelajaran berakhir dengan penuh kesan. Materi tercapai ,suasana menyenangkan. Suasana seperti itu membuat siswa tidak jenuh sehingga siswa merasa senang sekaligus dihargai. Jika siswa merasa senang , materi mudah masuk di benak siswa. Penulis berharap semua guru melaksanakan pembelajaran seperti itu sehingga siswa tidak ada yang merasa takut maupun tegang . Siswa akan merasa kehilangan jika guru A misalnya tidak hadir saat itu . Siswa akan ketagihan untuk mengikuti pelajaran yang diampu oleh guru tersebut. Siswa akan mencari guru, bukan guru mencari siswa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline