Awalnya saya tertarik ke Eropa karena pengen lihat aurora di Islandia. Beberapa bulan memantau harga tiket pesawat dari Jakarta ke negara-negara di sekitar Islandia untuk transit. Berhubung tidak ada pesawat direct dari Jakarta ke Islandia, kita mesti transit dulu di salah satu negara Eropa, bisa Belanda, Paris, Denmark, atau negara Eropa lainnya lainnya. Oya, aurora tidak bisa dilihat sepanjang tahun. Musim aurora sekitar bulan September-awal April, itupun tergantung cuaca.
Selain rajin cek harga tiket melalui website Sk*sc*nner, beberapa kali saya juga mendatangi travel fair, namun belum beruntung mendapat harga tiket promo untuk tanggal yang saya rencanakan.
Akhirnya sekitar 5 bulan sebelum keberangkatan, saya mendapat tiket promo yang lumayan lebih murah. Memang agak panjang rutenya karena harus 3 kali transit yaitu di Singapura, Copenhagen (Denmark) dan Helsinki (Finlandia). Kenapa saya memilih Denmark untuk transit? Ya karena harga tiket saat itu paling murah melalui transit di Denmark.
Urusan tiket pesawat selesai, berikutnya saya harus menyiapkan dokumen untuk mengajukan visa Schengen. Saya memang tidak mau mengikuti paket tur aurora yang saat ini sudah banyak ditawarkan oleh perusahaan travel di Indonesia. Kalau mengikuti tur mungkin akan lebih mudah karena semua sudah diurus. Kita tinggal siapin uang dan perlengkapan pribadi, trus berangkat deh. Saya lebih suka mempersiapkan seluruh keperluan perjalanan sendiri karena jadi lebih fleksibel.
Apa yang diperlukan untuk pengurusan visa Schengen? Pertama, kita harus tau dulu mau ke negara mana (yaiyalah). Islandia merupakan salah satu negara Schengen namun tidak memiliki perwakilan di Indonesia, sehingga untuk pengurusan visa diwakilkan oleh Denmark.
Untuk memasuki wilayah negara Schengen, kita harus mengajukan visa ke negara dimana kita akan tinggal paling lama. Karena saya tinggal paling lama di Islandia, saya mengurus visa melalui kedutaan Denmark, yang bisa diurus melalui kantor VFS Global di Kuningan City, Jakarta Selatan. Rencananya saya juga akan mengunjungi Copenhagen, Denmark selama beberapa hari.
Yang kedua, kita harus menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk pengurusan visa:
- Pastikan pasport masih berlaku, untuk amannya sih 6 bulan sebelum jatuh tempo. Persyaratan dokumen bisa diakses di website VFS. Namun saya juga menyertakan beberapa dokumen yang tidak dipersyaratkan, antara lain salinan passport yang sudah jatuh tempo yang menunjukkan bahwa saya pernah ke negara lain dan pernah disetujui visanya oleh negara lain.
- Mengisi formulir pengajuan visa. Formulirnya tidak sebanyak formulir visa Australia yang berlembar-lembar, formulir visa Schengen hanya 3 lembar.
- Melampirkan foto sesuai dengan spesifikasi (contoh foto bisa dilihat di website VFS Global/Denmark)
- Untuk tiket pesawat hanya dipersyaratkan untuk menunjukkan bukti konfirmasi pemesanan tiket dari agen/airline. Tidak disarankan untuk membeli tiket sebelum ada persetujuan visa. Namun biasanya kalau pesannya sudah mendekati tanggal keberangkatan, harganya akan jauh lebih mahal, maka saya nekat membeli tiket juga sebelum pengajuan visa. Untuk bukti pemesanan hotel, saya memesan lewat aplikasi booking.com yang tidak perlu bayar DP dan bisa dibatalkan tanpa kena biaya.
- Fotokopi buku Tabungan selama 3 bulan terakhir dengan saldo yang mencukupi sesuai lama perjalanan. Selain salinan rekening koran, saya juga menyertakan copy kepemilikan kartu kredit yang masih berlaku.
- Surat Keterangan Kerja dari kantor yang menyatakan posisi saat ini dan lama bekerja, serta menjamin bahwa aplikan akan kembali bekerja setelah cuti untuk ke negara Schengen.
- Fotokopi KTP, Kartu Keluarga dan Akte Kelahiran, tidak perlu menunjukkan dokumen asli.
- Fotokopi Travel Medical Insurance. Saya menggunakan AXA Travel Insurance, yang bisa apply secara online serta bisa dikembalikan pembayaran preminya apabila permohonan visa ditolak, dengan biaya pembatalan US$5.
- Untuk data pendukung, saya melampirkan jadwal perjalanan selama di Islandia dan Denmark selama 10 hari.
Berikutnya, kalau dokumen sudah lengkap, kita bawa dokumen tersebut ke kantor VFS Global di Kuningan City. Layanan pengajuan visa dibuka jam 8 pagi. Saya sengaja datang pagi-pagi supaya gak antre lama. Berbeda dengan pengajuan visa Schengen melalui perwakilan Belanda yang harus melakukan appointment terlebih dulu, untuk pengajuan visa melalui perwakilan Denmark, kita bisa langsung datang. Di kantor VFS tersedia layanan pas foto serta fotokopi, meskipun harganya mungkin lebih mahal. Tapi kalau ada kekurangan dokumen atau foto yang tidak memenuhi standar, bisa menggunakan layanan tersebut daripada harus nyari keluar gedung.
Saat mengajukan visa, saya satu-satunya yang mengantri untuk apply visa Denmark. Pas masuk ruangan, saya langsung dipanggil di counter yang melayani visa Denmark. Setelah dokumen diperiksa dan melakukan pembayaran secara tunai, saya menunggu untuk pengambilan data biometrik, berupa foto dan sidik jari. Ini salah satu alasan kenapa saya tidak menggunakan jasa agen untuk mengurus visa Schengen, karena tetap harus datang ke VFS untuk pengambilan data Biometrik. Alasan lain karena ngirit :D
Setelah pengambilan data biometrik, selesai sudah proses pengajuan visa Schengen. Waktu yang diperlukan untuk penyampaian dokumen dan biometrik kurang dari 1 jam. Untuk cek status pengajuan visa, bisa menggunakan layanan email/sms dengan menambah biaya 25 ribu.
Waktu pemrosesan visa maksimal 15 hari kalender. Kebetulan visa saya diproses dalam waktu 14 hari kalender dan saya mendapat visa multi entry untuk jangka waktu 25 hari.
Jadi tidak ribet kan mengurus visa Schengen tanpa agen?