Kelangkaan beberapa item barang pada bulan ini telah terjadi di pasar. Sebut saja, masker kesehatan saat ini merupakan barang langka yang sulit dicari. Jika ada barangnya, itupun harganya telah naik dan menjadi mahal sekali. Melihat kondisi ini, Pemerintah cepat tanggap dan meresponsnya. Pemerintah menyatakan bahwa masker kain dapat digunakan untuk menggantikan fungsi dari masker kesehatan.
Masker kain dapat digunakan dengan syarat, setelah dipakai selama 4 jam wajib diganti dengan masker kain lainnya. Hasilnya tentu masyarakat menjadi tenang dan tidak memborong masker kesehatan lagi.
Namun dalam kasus obat atau suplemen berbeda perlakuannya dengan masker. Obat atau suplemen agak sulit fungsinya digantikan dengan barang lain. Obat memerlukan proses produksi dengan syarat kandungan tertentu yang tidak mudah dibuat oleh masyarakat awam.
Kelangkaan suplemen sebagai cara untuk menguatkan sistem imun telah dirasakan oleh masyarakat di daerah. Sebut saja vitamin C pada beberapa daerah sulit dicari karena tidak tersedia di outlet-outlet. Hal ini bisa saja terjadi, dikarenakan beberapa kendala antara lain :
- Suplai beberapa item bahan baku dari negara asal yang terhambat,
- Mesin produksi yang tidak mampu memenuhi permintaan yang tinggi,.
- Modal atau dana dari pengimpor yang tidak ada,
- Distribusi barang atau transportasi yang terganggu,
- Dan lain sebagainya.
Melihat keadaan ini, pemerintah perlu mengambil inisiatif dengan mengajak para asosiasi untuk duduk bersama. Diskusi sangat diperlukan supaya ada solusinya. Jika masalahnya karena kurangnya mesin, maka perlu dicarikan tambahan mesin dan mengimpornya. Jika karena kurangnya dana, maka perlu diberikan kebijakan untuk mempermudah pinjaman modal ke bank bagi para pelaku usaha tersebut.
Penyebaran covid-19 yang berdampak pada semua negara mengakibatkan lesunya perekonomian global. Beberapa negara bahkan menerapkan karantina wilayah sehingga arus barang termasuk bahan baku menjadi terhambat. Sebut saja negara penyuplai bahan baku obat seperti China, India, Amerika, Jepang dan Eropa telah menunda ekspornya. Belum lagi bahan baku makanan dan minuman (pangan) juga terganggu suplainya, sejak bulan lalu.
Bahan baku dari negara China dan India telah mendominasi produksi obat dan pangan di Indonesia. Hal ini terjadi karena harga bahan baku dari kedua negara tersebut lebih murah dibandingkan membeli dari Eropa maupun Amerika. Namun kedua negara tersebut telah melakukan lockdown wilayahnya.
Para pelaku usaha khususnya importir bahan baku obat dan pangan perlu diberikan kemudahan. Selain insentif berupa penghapusan bea impor dan penurunan pajak, pemerintah juga perlu membantu importir melobi pemerintah negara asal penghasil bahan baku. Tujuannya agar pemerintah negara asal bisa memberikan dispensasi dan membantu mengirimkan segera produk bahan bakunya ke Indonesia.
Pemerintah khususnya Kementerian Perindustrian dan Luar Negeri perlu mengajak duduk bareng para asosiasi importir bahan baku tersebut. Jika hal ini terlaksana dan bahan baku obat serta pangan mudah didatangkan, maka dapat membantu negara menggerakkan kembali perekonomian. Jika barang-barang konsumsi tersebut tersedia banyak dan mudah dibeli oleh konsumen tentunya harga akan turun secara otomatis.
Pemberantasan Covid-19 tidak cukup dengan memberlakukan PSBB semata-mata. Penanganan covid-19 tidak cukup dengan mengajak masyarakat memakai masker dan rajin mencuci tangan. Memutus rantai penularan juga dapat dilakukan dengan memperkuat sistem imun manusia, tentunya dengan makan-makanan bergizi dan cukup istirahat ditambah suplemen (obat) yang tersedia di outlet-outlet. Sudah saatnya paradigma penanganan covid-19 dapat dilihat secara menyeluruh (holistik) dan tidak sepenggal-sepenggal saja.