Pemilihan Gubernur DKI ternyata masih memiliki daya tarik untuk dibahas di media manapun. Termasuk saya yang sebenarnya tidak akan merasakan dampaknya setelah pilgub, karena saya bukan warga DKI. Namun, izinkanlah saya yang bukan warga DKI ini ikut arus untuk “nimbrung” membahas para kandidat Gubernur DKI karena konon banyak yang menyatakan bahwa gelaran Pilgub DKI merupakan barometer demokrasi di Indonesia.
Dalam tulisan ini saya hanya akan membahas sekilas tentang gaya komunikasi dari tiga kandidat gubernur yang sejauh saya pahami memiliki karakter yang berbeda. Tentu Anda sudah dapat menebak siapa saja yang saya maksud dalam judul di atas. Jadi Jakarta butuh sosok yang semacam apa?
Konon katanya Jakarta adalah kota yang keras. Jakarta bukan lagi berbicara tentang penduduk asli dan pendatang karena sejatinya Jakarta adalah kota multikultural. Kondisi inilah yang mungkin membuat Jakarta memiliki berbagai permasalahan sosial. Magnet Jakarta teah banyak menarik orang-orang datang untuk berbondong-bondong mengadu nasib di Jakarta. Bahkan di kampung saya, orang-orang merasa kagum bila ada kerabat atau anaknya yang bekerja dan tinggal di Jakarta. Jakarta memang membawa warna bagi kami.
Ahok
Pasti Anda menebak bahwa gaya komukasi ala cowboy ditujukan pada Sang Petahana. Ya, itu adalah tebakan yang jitu. Semua orang sudah tahu bagaimana pembawaan beliau dalam memimpin selama ini. Semua orang tahu karena beberapa kali beliau disorot media terutama berkaiatan dengan sikap dan tutur kata beliau.
Bagi beberapa kalangan, Ahok dianggap sebagai seorang yang arogan dengan kata-kata pedas ditelinga bagi yang tidak terbiasa mendengarnya. Figur yang dipandang kurang menunjukkan karakteristik bangsa yang lebih mengutamakan kesantunan. Bagi sebagian orang gaya Ahok kurang beretika. Eiit, tunggu dulu! Apakah warga Jakarta semua sudah beretika?
Banyak pengamat menyatakan bahwa gaya kepemimpinan Ahok ini cocok untuk Jakarta. Kiranya pernyataan para pengamat itu bukan tanpa alasan. Perlu sosok yang tegas untuk melakukan eksekusi terhadap pembiaran-pembiaran yang selama ini terjadi di Jakarta. Perlu sosok yang berani mengambil risiko untuk menegakkan peraturan yang telah ditetapkan, namun selama ini hanya menjadi hiasan tanpa penindakkan. Ahok dipandang mampu untuk melakukan hal itu.
Selama ini, Ahok dipandang oleh berbagai kalangan mampu mengurangi permasalahan di Jakarta. Ahok memiliki rencana jelas terhadap Kota Jakarta. Ahok mampu menangkap harapan pemimpin-pemimpin Jakarta sebelumnya yang intinya menjadikan Jakarta sebagai kota metropolitan yang bermartabat, aman, dan nyaman bagi warganya.
Anies Baswedan
Tokoh yang satu ini adalah tokoh yang terkenal cool pembawaannya. Tenang dengan tutur kata yang tertata rapi memperlihatkan sosok yang sangat berpendidikan. Tidak salah Presiden Jokowi menunjuk beliau sebagai menteri pendidikan kala itu, namun sayang harus diberhentkan di tengah jalan. Padahal ide dan gagasannya tentang pendidikan cukup baik untuk memanusiakan manusia Indonesia yang beradab dan bermartabat.
Pencalonan Anies Baswedan sebagai Cagub DKI tentu mengundang banyak reaksi dari masyarakat. Salah satunya saya yang menyayangkan hal tersebut. Tidak ada yang menduga bila Anies Baswedan akan diajukan sebagai Cagub DKI. Lebih mengejutkan lagi adalah partai pengusungnya.