Lihat ke Halaman Asli

Yan Osmana

Glang-Glong Swasta

Cahaya Ku

Diperbarui: 30 April 2024   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cahaya Ku

Mentari pagi terus tak henti  menyinari langkah kaki ku. Tepian jurang ku meniti penuh semangat. Tak mengenal bahaya tak takut merenggang nyawa. 

Jeram begitu terjal, setapak nan berbukit penuh ilalang. Berkelok liar menuntunku pulang. Menemui sang bayu pelengkap kalbu. Saat kenestapaan penuh letih serta kegelisahan. Menanti tangan lembut sang pengasuh pencerah hati.

Kurindukan senyum sapa yang selalu tak malu di sudut bibirnya. Pancarkan kilau masa depan semua insan. Jelas sang bayu pun penuh harap. Untuk mendekapnya dengan erat diakhir penantian.

Terima kasih semilir bayu penuh rindu, tak terbayang betapa anggun wajahmu. Meluluhlantakan hatiku. Memang Tak seharusnya aku menggerutu. Karena kamu penuntun ku mendapatkan penantian.

Terima kasih sang bayu penuh jingga mewarna. Engkau mengiringi bidadari ku merangkulku yang penuh debu dan kotoran. Jujur, Engkaulah penyejuk jiwa ku nan gersang. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline