Asma adalah penyakit kronis pada sistem pernapasan, ditandai dengan penyempitan saluran udara kecil dan bronkiolus, serta pembengkakan atau peradangan pada selaput lendir. Asma ditandai dengan episode sesak dada, batuk, dan mengi karena penyumbatan saluran napas (Gibbs, 2014). Gejala dapat muncul beberapa kali dalam sehari atau seminggu pada individu yang terkena dan pada beberapa orang penyakit ini memburuk di malam hari atau selama aktivitas fisik (WHO, 2013). Gejala asma yang berulang sering kali menyebabkan kesulitan tidur, merasa lelah keesokan harinya, berkurangnya tingkat aktivitas, kinerja sekolah yang buruk, dan ketidakhadiran di tempat kerja (Fitriani dkk, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood pada tahun 2008 menunjukkan, di Indonesia, prevalensi gejala asma meningkat dari 4.444 orang dari 4,2% menjadi 5,4%, di Jawa Tengah dari 1,5% menjadi 2,5%, dan di Surakarta 4.444 orang dari 1,5% menjadi 2%. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini terus meningkat dan jumlah kematiannya diperkirakan akan meningkat sebesar 20% dalam 10 tahun ke depan. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2015, 255.000 orang akan meninggal karena asma. Banyak penderita asma mengeluhkan gejala asma di malam hari dan berkurangnya kualitas tidur. Beberapa penelitian dibanding bukan asma, serta kejadian mengantuk pada siang hari meningkat (Astuti, 2014).
- Pencegahan
Untuk mencegah asma dapat menghindari pemicunya, seperti :
- Memakai pengobatan pencegahan penyakit asma
- Gunakan pelembap udara (humidifier)
- Memakai masker mulut
- Imunoterapi
- Atur pola makan
- Cek fungsi paru
- Bersihkan lokasi tidur secara rutin
- Hindari asap rokok, debu, polusi udara, bau-bauan yg memicu asma, misalnya parfum, obat semprot serangga, deterjen cucian
- Jangan memelihara fauna misalnya anjing & kucing.
- Faktor Resiko
Faktor Risiko Asma yaitu :
1. Infeksipernafasan (mycoplasma pnemunia, influenza, parainfluenza)
2. Allergen (buluhewan, debu, serbuk sari udara)
3. Lingkungan (udaradingin, asap kayu)
4. Emosi (gelisah, stress, tertawa)
5. Obat- obatan (aspirin, NSAID)
6. Olahraga (terutama dalam keadaan dingin dan cuaca yang dingin)
- Terapi dan Pengobatan
Terapi asma di bagi menjadi dua yaitu sebagai countroller dan reliever.
A. Obat countroller merupakan antiinflamasi mengontrol penyakit & mencegah serangan.
- Contoh obatnya : glucocortico steroids (inhaled / systemic), leukotriene modifiers, long-acting 2-agonists (inhaled / oral), theophylline sr, cromones, anti-ige.
B. Reliever sebagaI bronkodilator untuk pengobatan saat serangan / mengatasi eksaserbasi.
- Contoh obatnya : rapid - acting inhaled 2-agonists2, systemic glucocortico steroids, anti cholinergics, theophylline,short-acting oral 2-agonists.
Referensi:
- Khana, R., Diana Laila Ramatillah, apt, Farm, M., Nengah Dewi Antaryani, N., Putu Rischa Cristiani, N., & Redha Rizky, N. (n.d.). MENGENAL FAKTOR RESIKO ASMA SERTA PENCEGAHAN DAN PENANGANANNYA KNOW THE RISK FACTOR OF ASTHMA THE PREVENTION AND TREATMENT. In Periode Juli-Desember (Vol. 5, Issue 2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H