Lihat ke Halaman Asli

Pertengahan Puasa dan Jamaah Tarawehpun Berkurang Setengah Juga

Diperbarui: 20 Juni 2016   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa sudah memasuki pertengahan puasa. Semestinya juga kita sudah terbiasa dengan segala ritual selama ramadhan. Entah itu bangun untuk sahur atau sholat taraweh pada malam harinya.

Menurut Al Qur'an, bulan ramadhan adalah bulan mulia. Bulan yang penuh dengan keberkahan. Pada sepuluh hari pertama dibulan ramadhan terdapat curahan rahmat. Sepuluh hari kedua, penuh dengan ampunan dan sepuluh hari terakhir akan terbebas dari siksa api neraka bagi yang puasanya sesuai dengan tuntunan dan syariat. Tidak sulit sebenarnya tapi juga bukan hal yang mudah bahkan bagi umat muslim yang sudah menjalankannya seumur hidup.

Tuhan memang Maha Baik dan Sempurna. Telah diturunkan bulan yang mulia sebagai bonus untuk manusia yang beriman agar menjadi pribadi yang takwa pada akhirnya. Tuhanpun tahu batas kemampuan manusia, makanya hanya satu bulan yang diwajibkan untuk berpuasa. Walaupun ramadhan sangat istimewa  tidaklah Tuhan menjadikan ada setahun 2 atau 3 kali. Batas kemampuan kita hanya selama satu bulan penuh saja . Itupun banyak yang mengingkarinya 

Sebagaimana perintah sholat yang pada awalnya diterima Nabi Muhammad sebanyak 50 kali dalam sehari tapi kemudian diringankan menjadi 5 kali saja sesuai dengan batas kemampuan manusia.

Diawal puasa semua bersemangat menyambutnya.  Seperti kerinduan yang membuncah. Ketika bertemu, sibuklah kita dengan persiapan yang sebaik-baiknya. Masjid penuh dengan jamaah shalat taraweh bahkan membludak sampai keluar bagi masjid dikampung yang kecil. Tua-muda, kaya-miskin pergi tarawehan dimasjid.

Minggu pertama masih bersemangat,. Minggu kedua mulai berkurang. Tidak cuma jamaah wanita yang banyak halangannya tapi juga dari jamaah pria yang tidak ada halangan wajib bulanan pun menjadi berkurang setengahnya.

Memang taraweh bukan shalat yang diwajibkan tapi menjadi pelengkap bulan ramadan. Apa salahnya menyempatkan waktu untuk shalat taraweh yang cuma ada dibulan ramadhan. Ramadhan tahun depan belum tentu umur kita panjang dan bertemu dengan ramadhan berikutnya. Maka benarlah hadist yang mengatakan bahwa beribadah itu haruslah dengan pemikiran akan menjadi ibadah kita yang terakhir sehingga kita akan melakukan ibadah apapun dengan sebaik-baiknya.

Sebagian dari kita merasa semakin mendekati akhir ramadhan semakin terasa berat menjalankannya...bukannya semakin terbiasa. Sahur mulai sering kesiangan. Shalat subuhpun kadang kebablasan karena ketiduran. Mulai sibuk dengan persiapan mudik. Yang dikampungpun sibuk dengan persiapan menyambut keluarga yang akan datang. Persiapan membuat kue sehingga tarawehan dimasjid sudah ditinggalkan karena kecapean seharian didapur menyambut Idul Fitri.

Tidak ada yang salah dengan semua itu. Semua orang punya pilihan. Semua bahkan punya alasan...bahwa kesibukan yang tidak berkurang selama ramadhan juga termasuk ibadah. Pulang mudik untuk silaturahimpun juga ibadah. 

Ternyata untuk terbebas dari siksaan api neraka disepuluh hari terakhir memang tidak mudah.

Bahwa ada malam yang lebih mulia dari seribu bulan pada sepuluh hari terakhirpun, tidak menjadikan kita semakin mendekat pada Lailatul Qadar. Kadang tanpa disadari, kita malah menjauhinya......Na'udzubillahimindzalik........Astaghfirullahaladzim

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline