Lihat ke Halaman Asli

Yanik Kinay

simple little girl

Semakin Tersisihkan Transportasi Konvensional di Era Digital Ekonomi dan Masa Pandemi

Diperbarui: 24 Januari 2021   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat modern sekarang ini semakin dimudahkan dengan semua perkembangan dan kemajuan teknologi dalam semua bidang kehidupan, salah satunya yakni dalam bidang ekonomi. Kemajuan ini ditandai dengan adanya ekonomi digital yang sudah ada sebelum adanya pandemi dan peningkatan yang sangat signifikan ketika pandemi covid-19. 

Istilah pertama kali disampaikan oleh Tapscott, seorang sosiopolitik dan ekonom, dimana dia menyampaikan pengertian dari ekonomi digital adalah semua kegiataan yang ada dalam sektor ekonomi meliputi barang dan jasa saat pengembangan, produksi, penjualan atau suplainya tergantung kepada teknologi digital. Salah satu bentuk dari ekonomi digital yakni E-commerce, yang sekarang ini menjadi penyetabil kondisi ekonomi di Indonesia pada masa pandemi seperti sekarang ini. 

Mengingat adanya Covid 19 tentu berdampak terutama pada sektor ekonomi, Dilansir dari Merdeka.com, (5/11/2020) menyebutkan bahwa selama pandemi terus terjadi peningkatan jumlah pengguna hingga 12 juta pengguna, hal ini menunjukkan bahwa tren social commerce atau transaksi jual beli melalui aplikasi atau sosial media dan diperkirakaan akan semakin meningkat bahkan setelah pandemi covid-19 ini berakhir.

Shopee, Gojek, Grab, Ovo merupakan beberapa aplikasi Ecommers yang sering digunakan selama pandemi covid-19 ini. Ada beberapa pilihan pelayanan yang sering digunakan, seperti transportasi online menggunakan gojek atau grab baik itu untuk transportasi kendaraan montor atau mobil. 

Kemudian tren pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti pembayaraan token listrik, air dan kebutuhan lainnya, dimudahkan dengan adanya aplikasi shopeepay dan ovo, dimana pembayarannya dapat dilakukan tanpa harus keluar rumah dan hanya perlu menggunakan smartphone serta memiliki aplikasi tersebut dalam smartphone. Adanya covid-19 ini menjadi salah satu alasan percepatan kemajuan teknologi terjadi lebih awal, sehingga masyarakat Indonesia dituntut untuk bisa beradaptasi dengan situasi saaat ini. 

Pandemi covid-19 ini tentu tidak bisa dipungkiri juga berdampak pada moda transportasi konvesional, seperti bus antarkota, bus antarprovinsi, angkot dan transportasi lainnya. Sebelum adanya pandemi covid-19 ini, moda transportasi konvesional harus bisa bersaing dengan moda transpoertasi Ecommers seperti go ride dan go car dari salah satu aplikasi ecommers yakni Gojek dan ditambah dengan adanya pandemi covid-19  semakin menyulitkan dalam persaingan yang ada.

Pada masa pandemi covid-19, dari pihak pemerintah selalu berupaya dalam mengatasi peningkatan kasus dengan berbagai macam kebijakan dan peraturan, seperti social distancing, pelarangan bus antarkota  maupun provinsi serta pematuhan protokol kesehataan seperti penggunaan masker dan pengurangan muatan hampir 50% dari muatan total. 

Hal ini tentu mendapat beberapa pihak salah satunya yakni sopir dan armada bus, dikarena hal ini tentu merugikan bagi mereka yang mengejar setoran, dan beberapa kesulitan masuk kedalam kota-kota besar yang ada seperti di Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Hal ini juga dirasakan tidak hanya kepada sopir bus dan kawan-kawan, tetapi juga moda tranportasi lain seperti angkot kota.

“Kalau nurutin covid-19, saya dapet pemasukan untuk kebutuhan hidup keluarga saya darimana mbak?, karena pandemi covid-19 ini saja membuat orang semakin jarang berpergiaan, karena ketakutan dengan covid-19. Jadi sejak pandemi, pemasukannya hampir berkurang 50%” Salah satu kutipan percakapan yang saya lakukan dengan supir dan kernet dalam perjalanan saya ke Madura beberapa hari lalu. 

“Penumpang saya sejak adanya pandemi berkurang drastis mbak, kalah saing sama transportasi online seperti gojek, ditambah sekarang masih adanya pandemi sehingga penumpang saya yang kebanyakan dari mahasiswa UTM, hampir jarang ada sejak adanya pandemi, sebab adanya sekolah online atau daring.” Salah satu kutipan percakapan saya dengan bapak angkot sekitar daerah terminal osowilangon. 

Dari beberapa sumber, diketahui bahwa pada awal-awal pandemi covid-19, Presiden Jokowi memberikan bantuan uang tunai sebesar Rp 600.000 kepada sopir antar kota maupun antar provinsi yang terdampak pada masa pandemi covid-19. Namun bantuan ini dilaksanakan hanya selama tiga bulan berbeda dengan bantuan lainnya seperti sembako dan bantuan langsung tunai (BLT) yang diperpanjang sampai akhir tahun kemarin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline