Perasaan cinta itu misteri. Sebab kau tak bisa memilih hendak jatuh cinta kepada siapa, dan mengapa dirimu tergila-gila dengannya, adalah sesuatu di mana kamu sendiri sulit mempercayai. Dan ironisnya, itu pula yang terjadi pada diriku sekarang.
Rasa ini terlampau jahat, mengurungku pada sebuah ketidakpastian hidup. Di saat aku ingin menjadi bebas tak terikat oleh hati siapapun. Akantapi menemukannya, hatiku langsung menjadi terdera lara dan siksa. Bagaimana aku melepasnya?
Dia gadisku yang teramat lugu. Senyumnya manis dengan rambut tergerai manja, yang seharusnya smua itu jangan aku lihat terlebih dahulu sebelum menjadi suami sahnya. Tapi entahlah, rupanya Allah masih punya maksud lain.
Dia cantik bahkan menurutku terlalu cantik. Namun kenaifannya akan dunia membuatnya terlihat bodoh di mata orang yang melihat. Ajaibnya dia memiliki keluarga yang menyayangi, sehingga meski dunia mengerdilkan dirinya, ia selalu punya cara untuk bersemangat. Menempuh kehidupan, karena pengaruh kasih sayang dari mereka.
''Mas bener akan melamarku?'' tanyanya polos saat itu. Sedikitpun ia tak menampakkan rasa malu dan canggung seperti yang biasa terjadi pada wanita yang dilamar pria.
''Iya. Kau keberatan aku jadi suamimu?''godaku kala itu dengan senyum nakal.
''Tapi Din masih kecil Mas, baru aja ngerjain tes ujian dan hasilnya juga belum dibagikan. Lagian mosok harus menikah sekarang?''
''Kenapa memangnya, apa enggak boleh?'' aku balik bertanya.
''Bu...bukan begitu maksudnya. Din kepengen kuliah.''
Aku tersenyum menanggapi jawabannya. Sejenak kupandangi dara yang kini telah berganti pakaian muslimah. Ia lugu, teramat sangat lugu. Akan tetapi lugu dengan bodoh bedanya ada di mana ya?
Dia memang sosok aneh. Entah apa yang ada di otak anak ini. Kadang bisa terlihat begitu cerdas dan tahu segalanya, tapi di sesi berikutnya menjadi perempuan tolol yang tak mengerti dengan apa yang dilakukan.