Lihat ke Halaman Asli

Speaking Chinese

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

FINALLY IT’S A MUST

Selama hampir dua tahun tinggal di Cina, saya tidak sadar bahwa selama ini, saya sepertiorang buta huruf. Walau komunikasi lancar, pergi kemana-mana bisa sendiri dan tidak masalah, bahkan kadang ngobrol dan bercanda dalam bahasa Cina , walau terbatas, tetap pe de saja, akhirnya mulai memang rasa tidak nyaman selalu ada.

Setiap tamu atau teman mendengar saya mengobrol kebanyakan berfikiran saya sudah piawai berbahasa Cina, padahal baca tulis tidak bisa, baru sebatas berbicara saja !!, Apalagi saya sering bersama dengan anak-anak saya yang kebetulan sudah cukup menguasa bahasa Cina ( Alhamdullilah, usia 17 dan 15 tahun, mereka sudah lulus HSK 4 dengan kemampuan karakter Cina kira-kira 1000-2000 ), sehingga jika tidak tahu saya bisa bertanya. Lucunya untuk bahasa sehari-hari, anak-anak justru bertanya kepada saya :, karena saya setiap hari bergaul dengan penduduk lokal, alhasil kami sehari-hari berbicara bahasa Cina di keluarga.

Hidup di Cina memang jelas tak mudah karena menghadapi tantangan bahasa. Pertama : karena bahasa Inggris belum dipakai secara global. .

Jangan heran setiap kita baru mendekat , mereka refleks menjawab : wo bu zhi dao, ting bu dong ( saya tidak tahu, saya tidak mengerti )

Kedua, cara bicara yang mempunyai empat nada sering menimbulkan salah pengertian.

Contohnya , saat kita bicara, orang yang kita ajak bicara kebetulan tidak mengerti karena , nada bicara saya salah, situasi jadi sulit karena mau menulis tidak tahu. Kalau kita tulis dengan huruf roman , mereka yang tidak tahu. Jadi sama-sama tidak tahu. Mau menggambar, kadang tidak bisa persis sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Demikian juga jika membeli sesuatu, apa isi barang tsb, cara pemakaian, semua tentu dalam bahasa Cina. Kalau sekedar tanggal kadaluwarsa atau barang standar seperti gula, kopi, beras tidak masalah. Tapi selalu saja ada “ongkos pembelajaran” , sepele tapi fatal ,antara lain: mau beli shampoo malah jadi beli conditioner, karena yang kita lihat merknya saja, atau mau beli air mineral dapat air soda.

Kalau kita salah mengucapkan qian mian keepada sopir taxi ( artinya maju / terus ) bisa-bisa terdengar chao mian yang artinya mie goreng !!

Apalagi sebagai muslim , kita selalu berhati-hati membeli makanan, karena kuatir mengandung yang haram, walau kita sudah menghafalkan tulisanyang berkaitan dengan yang haram seperti Pork, Wine dsb, tetap saja yang dikuatirkan adalah bumbu dasar , penyedap dan essencenya, maasih mengandung babi, jadi kita harus detil membacanya.

Apalagi waktu itu belum banyak ( dan sepertinya kurang digemari ) pemakaian BlackBerry di Cina, jadi saat pertama tiba,agak sulit menggambarkan benda yang kita maksud. Saat ini dengan adanyaBB, memudahkan kita menunjukkan foto, sesuai apa yang kita inginkan.

Satu hal yang paling tersulit dalam menguasai bahasa Cina adalah adalah menguasai karakter Cina. Alasan utama kenapa karakter Cina sulit dipelajari, pertama jumlahnya yang sangat banyak dan minimnya korelasi antara bentuk dan cara pengucapannya.

Jumlah karakter Cina ada lebih dari 60.000 dan sedikitnya, yang paling sering digunakan , jumlahnya tetap masih banyak yaitutiga sampai empat ribu. Bagi orang asing, setiap karakter sangat jauh berbeda satu sama lainnya, dan harus dipelajari sebagaimana bentuknya.

Demikian banyaknya tantangan itu membuat sebagian orang, termasuk saya, mundur sebelum berperang, dan merasa nyaman dengan bahasa Inggris dan kemampuan bercakap-cakap bahasa Cinaala pedagang. Apalagi jika dibandingkan pengalaman pribadi saya pernah tinggal di Jepang , sangat berbeda..

Di Jepang sangat terbantu dengan Hiragana dan Katakana, tanpa perlu bersusah payah memperdalam Kanji . Apalagi banyak sekali bahasa Inggris yang di Jepangkan dengan mudah ( Hamburger : Hambaga, Fried Chicken : Furaido cikin ). Di Cina Taxi bukan menjadi Takusi tapi zhu zu che ( jauh sekali bedanya ) , credit card , bukan kurajito kardo , tapi xin yong ka

Di Jepang kita masih bisa membaca tulisan dan, tidak ada masalah pengucapan karena Arigato sejak dulu sampai sekarang bunyinya juga Arigato. Sementara di Cina kita mau minta gula ( tang ) bias jadi tertukar sop ( tang juga ), yang bahaya Wen bisa berarti tanya, atau cium, jadi jangan pernah menyuruh orang bertanya jika nadanya seperti kata Cium !!!, Ma bisa berarti kuda atau ibu !!!

Akhirnya belajar membaca dan menulis bahsa Cina adalah “ a must “. Tentu saja sudah banyak sahabat-sahabat saya di Shanghai yang sudah lebih dulu peka akan kebutuhan ini, Buktinya sudah banyak teman-teman Shanghai yang kursus dirumah, dilembaga atau di Kampus. Masalah hasil, sepertinya kembali ke pribadi masing-masing. Dengan tugas rumah tangga yang cukup menyita waktu, kaum Ibu seperti sayabanyak excusenya untuk dinilai.

Selama seminnggu belajar dari awal seperti anak TK lagi, ternyatabanyak cara untuk kita tak perlu terlalu merasa tidak mampu. Beberapa karakter jika dipelajari asal muasalnya, kita akan mudah mengerti : ContohnyaRi ( hari ) yang berawal dari gambar matahari, kemudian bai ( putih ) seperti garis diatas matahari menggambarkan sinar diatas matahari yang putih. Bi artinya membandingkan , betul-betul seperti dua karakter yang di sandingkan dengan beda ukuran. Dan banyak lagi. Unik dan mengasyikkan jika kita tahu maknanya.

Untuk sekedar belajar menulis dan konsentrasi diperpustakaan , saya harus menyelesaikan semua tugas utama saya dulu, alhasil jam 2 siang baru bisa pergi kePerpus ( Perpusnya bagus megah tidak kalah dengan gedung perkantoran ) inipun dikejar target pulang menyiapkan makan malam keluarga. Salah satu yang membuat saya terlena, selama ini menunda memperdalam Bahasa Cina secara tertulis adalah, jujur saja, adalah karena kemampuan berbicara saya dengan penduduk lokal, sudah membuat nyaman. Bahkan saling curhat bahasa Cina pun sudah tak sing bagi saya. Kemampuan itu saya peroleh dari Ayi ( pembantu jam-jam an ), penjual atau penjaga toko dan dari sinetron Cina, alhasil saya merasa cukup dengan itu saja.

Jangan heran jika singgah di beberapa pusat perbelanjaan, sebagian menjadi teman saya, bahkan ketika saya tidak berbelanja. , dari kejauhan banyak yang melambaikan tangan ke saya

“ Yani ! ni hao!”…

”Wo hen hao, jin tian zen me yang ? hao bu hao ? “ jawab saya sok akrab ( Bagaimana hari ini, bagus nggak penjualanmu ? )

“Hen duo ren lai ma ? ( banyak yang datang kah ? )”

Wah sepertibos tokonya saja saya !. Saking akrabnya, mereka kadang-kadang diam-diam menyeliipkan souvenir di tas saya.

Padahal saya cukup bahagia dengan mengenalkan teman atau tamu saya, dan mereka memberi harga wajar.

Suvenirpun kadang saya tolak dengan halus,

“ Bu yong, wo zhi yao bangbang ni “ ( Tidak usah, saya hanya ingin membantu kamu )

Bagaimanapun, belajar sebaiknya harus total, agar hasilnya maksimal. Belajar bisa dari mana saja, dari buku, teman, film, apapun. Itu pula yang menjadi harapan saya sekarang. Jangan pernah berhenti belajar apapun, jika itu mendatangkan kebaikan dan hal positif !

( Part of ) Memory Pudong




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline