Lihat ke Halaman Asli

Budhi Hendro Prijono

Belajar Terus dan Terus Belajar! Pensiunan Karyawan YAKKUM RS Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Gaplek, Makanan Khas Gunungkidul

Diperbarui: 28 September 2019   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle


Bahan makanan ini sering dilecehkan orang. Bahkan kata 'gaplek' dalam berkomunikasi 'guyonan' sering dikonotasikan negatif, "Dasar gaplek!"

Gaplek adalah bahan makanan tradisional yang berbahan ketela pohon. Ketela pohon dikupas dan dijemur berhari-hari sampai kering. 

Gaplek bisa dijual, disimpan di lumbung untuk stok pangan atau langsung dimasak melalui proses yang cukup panjang. 'Gathot' dan 'Thiwul' adalah jenis makanan tradisonal dari bahan baku Gaplek.

'Gathot' berujud potongan-potongan Gaplek yang dimasak dengan cara dikukus, biasanya dimakan dengan campuran kelapa-parut. 'Thiwul' juga berbahan dasar Gaplek yang ditumbuk kemudian dikukus sehingga wujudnya mirip nasi berwarna coklat.

'Thiwul' juga disajikan bersama kelapa-parut. Jangan tanya kandungan gizi dalam ke dua makanan olahan ini. Yang pasti, bisa untuk mengganjal perut dari rasa lapar.

Di daerah Gunungkidul, jenis makanan ini cukup terkenal. Makanan khas pedesaan di Jawa ini sangat legendaris dan berjasa pada masanya. 

Sangat mungkin makanan 'ndeso' ini pernah menjadi andalan para pejuang bangsa di bawah komando Jenderal Besar Soedirman di masa gerilya. Beberapa penuturan dan kesaksian menunjukan bahwa beliau dan pasukannya memang pernah berada di sekitar Gunungkidul saat mempertahankan kemerdekaan RI.

Kini, 'gathot' dan 'thiwul' sudah menjadi makanan bergengsi yang banyak diburu wisatawan. Sekadar mengobati rasa penasaran bagi yang belum mengenalnya atau untuk 'tamba kangen' dan bernostalgia bagi yang sudah mengenalnya. 

Selamat menikmati kuliner 'ndeso' yang bersejarah sebagai upaya melestarikan makanan tradisonal di negri kita.

Hp_Maguwoharjo, 28 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline