Politik itu kotor. Ungkapan ini sering terdengar apalagi jika ditemukan tokoh politik berulah negatif. Sebagian orang bahkan menilai bahwa kehidupan politik sarat dengan tipu muslihat, licik, akal-akalan, dan dihiasi permainan uang demi memperoleh atau memperebutkan kekuasaan. Politikus sering dicap oportunis yang hanya mengutamakan kepentingan sendiri atau golongannya. Politikus ‘dekat’ dengan rakyat hanya saat membutuhkan, selebihnya akan melupakannya.
‘Becik Ketitik Ala Ketara’, sebuah kalimat bijak bahasa Jawa yang memberi peringatan bahwa segala sesuatu yang benar akan tampak jelas benarnya, sebaliknya yang salah akan tampak jelas salahnya. ‘Becik Ketitik Ala Ketara’ sangat tepat untuk menggambarkan kehidupan politik khususnya perilaku para politikus di negeri ini.
Akhir-akhir ini banyak politikus yang tersandung masalah, mulai KDRT, penyalahgunaan narkoba sampai pelaku korupsi. Lawan politik akan serta merta memanfaatkan kondisi ini untuk menyerang atau melemahkan lawan. Sedangkan teman politik berupaya membela temannya dengan dalih belum tentu salah, ‘praduga tak bersalah’. Sebagaimana public figure pada umumnya, kasus-kasus politikus juga akan cepat diketahui dan menjadi konsumsi publik dalam hitungan menit.
Masih segar dalam ingatan kita saat kasus ‘Papa Minta Saham’ marak dibicarakan orang. Pro dan kontra sesama politikus termasuk drama di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) menjadi tontonan gratis rakyat yang makin melek politik. Kita juga disuguhi kasus kepala daerah yang belum lama dilantik sudah tertangkap tangan sedang pesta narkoba. Suguhan berikut seputar incumbent Gubernur DKI Ahok.
Sifatnya yang temperamental menjadi sasaran tembak lawan politik termasuk para bakal calon gubernur yang akan bersaing tahun depan. Track record Ahok selama memimpin ibukota menjadi daya tarik warga DKI berbondong-bondong menyerahkan KTP pertanda dukungan. Sebaliknya, lawan politik Ahok berupaya mencari celah kelemahan sang gubernur untuk dijadikan senjata pamungkas.
Peristiwa apa saja yang berkait dengan Ahok akan diolah sedemikian rupa untuk dicari kesalahannya. Mulai penggusuran lokalisasi Kalijodo, pembelian lahan RS Sumber Waras, sampai tertangkapnya politikus Gerindra dalam mega proyek reklamasi pantai Jakarta; akan dicari kesalahan dan benang-merahnya dengan Ahok. Topik politik di televisi apa boleh buat akan menjadi konsumsi rakyat segala lapisan. Makin banyak yang menjadi makin faham politik namun tidak sedikit yang justru tambah bingung dengan ulah para potilikus termasuk komentar para ahli yang tidak jarang justru memihak.
Dalam perjalanan kehidupan politik di negeri ini, saya meyakini peribahasa ‘Becik Ketitik Ala Ketara’ berlaku bagi para politikus. Pernyataan dan kata-kata politikus yang sering semu, akhirnya akan tampak jelas di depan mata. Yang baik sudah mulai tampak. Beberapa figur politikus termasuk pejabat negara dan kepala daerah sudah mulai tampak jelas di permukaan. Sedangkan beberapa politikus munafik makin banyak yang ketahuan kemunafikannya.
Akhirnya, ‘Becik Ketitik Ala Ketara’ diyakini tidak akan pernah salah.
Maguwoharjo, 4 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H