Lihat ke Halaman Asli

Budhi Hendro Prijono

Belajar Terus dan Terus Belajar! Pensiunan Karyawan YAKKUM RS Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Mewaspadai Datangnya Bencana

Diperbarui: 4 Maret 2016   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore kemarin Kepulauan Mentawai khususnya dan sisi barat Pulau Sumatera baru saja diguncang gempa 7,8 SR. Beberapa kali gempa susulan masih mengguncang hingga hari ini. Komunikasi telepon seluler masih belum normal. Informasi akurat dari pelosok Mentawai belum kita peroleh. 

Kejadian kemarin sore mestinya mengingatkan daerah lain untuk waspada dan berjaga-jaga. Namun benarkah demikian? Kita terbiasa reactive bukan proactive. Tergopoh-gopoh dan panik saat terjadi bencana. Sementara jika kondisi sedang aman, rasanya tidak relevan membicarakan bencana. Padahal, para ahli mengatakan negeri ini termasuk negeri rawan bencana. Sebagai umat-Nya yang bijaksana, sudah selayaknya kita mulai bersahabat dengan bencana. Bencana bukan sesuatu yang harus ditakuti apalagi dimusuhi! 

Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, kekeringan, tanah longsor, angin ribut, merupakan sederet macam bencana alam yang sering menghampiri negeri ini. Bencana-bencana ini selalu menimbulkan trauma anak bangsa. 

Kejadian bencana hebat dengan korban massal seringkali membuat Chaos! Masing-masing hanya fokus menyelamatkan diri sendiri. Banyak orang membutuhkan pertolongan namun tak tersedia penolong sehingga banyak jatuh korban. Tidak ada sumber informasi akurat, aliran listrik padam, komunikasi terputus, saluran air minum terhenti, pelayanan publik lumpuh. Kondisi ini melengkapi derita para korban dan keluarganya.

Penanggulangan bencana

Penanggulangan bencana bisa dibagi menjadi beberapa periode. Pertama, sesaat terjadi bencana sampai beberapa jam sesudahnya. Pada periode pertama ini dibutuhkan penanganan cepat dan tepat. Dalam dunia medis, masa ini biasa disebut golden period yakni periode emas penanganan korban khususnya korban trauma fisik. Penanganan yang terlambat dan salah, akan berakibat buruk, seperti: infeksi luka karena penanganan yang tidak legeartis, atau cedera ringan berubah berat akibat evakuasi yang salah. 

Kedua, periode ini berlangsung menyusul atau over lapping dengan periode sebelumnya. Pencarian korban dan evakuasi sekenanya oleh sanak keluarga dan tetangga terdekat, menjadi pemandangan yang memilukan. Terputusnya komunikasi telepon dan telepon seluler mengakibatkan mobilitas fisik masyarakat terdampak, semakin tinggi. Kelelahan fisik dari upaya pencarian yang tanpa hasil, menyisakan rasa was-was dan khawatir. Rasa lapar dan haus biasanya belum dirasakan. Perasaan denial, tidak percaya akan apa yang sedang terjadi serta penyesalan diri, mulai muncul perlahan seiring perasaan ’gagal-diri’. Bayangan gelap menghantui hari-hari depan mereka. Masa ini merupakan masa kritis yang dibutuhkan pendampingan psikologis. 

Ketiga, periode beberapa hari pasca bencana. Periode ini biasanya sudah mulai banyak bantuan dari luar berdatangan. Diperlukan upaya pengorganisasian massa di lokasi pengungsian yang spontan terbentuk membutuhkan organisator lapangan yang mumpuni. Sistim informasi dan koordinasi massa yang tidak benar bisa menyesatkan masyarakat. Pengetahuan seputar bencana perlu dibangun. 

Issue tsunami yang selalu hadir pasca gempa di pesisir seringkali membuat kepanikan masyarakat terdampak. Ketiadaan koordinasi di lokasi pengungsian acapkali menjadi ’bencana pasca bencana’. Pembagian bantuan yang tidak terkoordinir menjadi salah satu penyebabnya. Periode ini dilanjutkan dengan periode rehabilitasi baik fisik bangunan tempat tinggal, rehabilitasi sosial psikologis, dan ekonomi.

Kesetia-kawanan sosial

Kondisi chaos yang kacau-balau berakibat lumpuhnya koordinasi di berbagai bidang. Pertolongan dari pihak luar sangat dibutuhkan. Masyarakat paling dekat dari tempat kejadian merupakan penolong yang paling tepat karena diperlukan kecepatan penanganan dan evakuasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline