Lihat ke Halaman Asli

Badriah Yankie

Menulis untuk keabadian

Kemandirian Jangan Dipermasalahkan, Sebaliknya Harus Dipupuk Sejak Dini

Diperbarui: 4 Agustus 2018   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pelanting.blogspot.com

Minggu ini saya mengajar kelas XI SMA untuk menguasai kompetensi memberika  saran dan tawaran terhadap masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyatanya. 

Pada saat para siswa diminta menuliskan masalah apa yang membebani, sebagian besar siswa yang tinggal tidak bersama orang tua atau ngekos, mereka memandang bahwa tinggal tanpa orang tua adalah masalah. 

Jauh dari orang tua  dan harus mengatur hidup sendiri, mereka sebut mandiri. Dan itu adalah masalah. Masalah pertama adalah makan. Mereka membuat nasi sendiri dan membeli lauknya. Mereka mengatur keuangan yang biasa diberikan secara bulanan.

Sebagian besar siswa SMA kelas XI yang saya ajar tinggal bersama orang tua. Kehidupan yang mereka lalui tentu lain dengan anak kos. Bagi mereka, semuanya hanya tinggal pakai, tinggal ambil, tinggal marah. Mau kendaraan, mau baju, mau, sepatu, semuanya telah disediakan. Milik orang tua adalah milik anak. Walaupun belum berSIM, motor boleh dipakai atas nama mempercepat kehadiran di sekolah. 

Mau jajan, mau hape, mau pulsa, mau kuota, semua kebutuhan itu telah jadi bagian dari uang saku. Minta uang jajan dengan kuota sekaligus seolah menjadi paket reguler dengan alasan pelajaran zaman sekarang mah banyak pakai kuota. Walaupun sesungguhnya kuota digunakan untuk main Mobil Legend, Tic Toc atau bermedia sosial. Orang tua tak urung mengabulkan khawatir si anak benar-benar membutuhkan kuota untuk dukungan belajar.

Kemudahan yang dialami siswa yang tinggal bersama orang tua, tentu tidak dialami anak kos. Anak kos pada pagi hari harus mencari makan sendiri, sedangkan anak yang tinggal bersama orang tua malah diteriaki dipaksa makan agar tak sakit perut.

Pada saat pulang sekolah,  anak kos harus mencari makan lagi. Pada saat libur, Sabtu Minggu digunakan untuk membersihkan kamar dan mencuci baju. Kedua pekerjaan yang tidak dilakukan sebagian besar anak yang tinggal bersama orang tua. 

Tidak tinggal bersama orang tua memaksa anak kos mengerjakan semuanya sendiri. Menurut siswa, ini tidak menyenangkan. Dalam pandangannya anak harus dilayani orang tua. Mau makan, tinggal ambil, mau baju, tinggal pakai, mau apapun tinggal minta. 

Ketika anak kos tidak bisa merajuk untuk menikmati sayur kesukaan, atau merenggut manja untuk mendapatkan baju baru, maka ketidakbisaan ini dipandang ketidakadilan. Maka tak sedikit, anak kos yang didampingi orang tuanya dalam semester awal sekolahnya.  Selanjutnya ditemani saudara atau pembantu.

Kebiasaan dilayani orang tua mengakibatkan seorang anak Indonesia yang melanjutkan kuliah ke luar negeri dimana semuanya menggunakan motto DIY (Do it yourself) mereka terkejut sampai direjam shock culture.  

Di tanah air mereka berlaku bak raja kecil yang bisa menyuruh-nyuruh, di tanah orang dia harus jadi orang biasa yang mengerjakan semuanya sendiri. Memasak, mencuci baju, berbelanja semuanya tidak bisa selesai dengan merajuk atau merenggut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline