Lihat ke Halaman Asli

Badriah Yankie

Menulis untuk keabadian

Koran Masuk Kelas

Diperbarui: 6 April 2017   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Koran dikenal sebagai media massa yang menyajikan beragam informasi terbit harian. Keberadaan Koran selain membantu masyarakat mendapatkan informasi terbaru yang sedang terjadi di dalam atau di luar negeri, Koran memfasilitasi pembacanya untuk mendapatkan informasi tertentu sesuai dengan yang dibutuhkannya.  

Peserta didik dan pendidik adalah masyarakat pembelajar dengan kebutuhan pemerolehan informasi sangat tinggi. Pembelajar, senatiasa mencari informasi yang sesuai dengan wilayah yang sedang dikajinya, juga menggali informasi lainnya yang membuat dirinya terbarukan secara pengetahuan. Pada konteks sekolah, kebutuhan informasi diperoleh (salah satunya) melalui buku pelajaran yang berperan sebagai buku sumber.

Buku-buku referensi atau buku sumber yang dianjurkan dibaca menyediakan informasi yang dibungkus sedemikian rupa sehingga memenuhi tuntutan silabus dari sudut cakupan materi. Umumnya, buku sumber disediakan oleh sekolah dan dijadikan bahan bacaan pokok yang dipegang oleh guru dan mejnjadi sumber bacaan pokok bagi siswa. Bahan bacaan tambahan ditampilkan pada pada bagian akhir buku, ditampilkan dalam daftar pustaka. Daftar pustaka seharusnya berperan sebagai informasi yang menyebabkan siswa dan guru bersama-sama melakukan kegiatan membaca lanjutan agar informasi yang diperoleh dari buku pokok menjadi komprehensif. Namun, tidak banyak siswa dan guru yang melakukan membaca lanjutan atau membaca buku pokok kemudian diikuti membaca buku yang ditulis pada daftar pustaka. Mungkin, dalam pemahaman yang kurang tepat, daftar pustaka dipandang sebagai bagian pelengkap sebuah buku.

Bahan bacaan lainnya yang dapat masuk ke dalam konteks kelas dan berkesan ramah adalah Koran. Berbeda dengan buku sumber yang biasanya dianggap membosankan, tidak seru, susah dipahami, dan dianggap bacaan berat sehingga siswa kelompok medioker tidak pernah selesai membacanya; Koran dapat berperan sebagai sumber bahan ajar alternative. Koran sesuai perannya sebagai penyaji informasi beragam, maka sebagai bahan ajar, Koran menyentuh hampir semua mata pelajaran.  

Berikut disajikan konten Koran Republika edisi Rabu, 5 April 2017, sebagai contoh bahan ajar alternative dan komprehensif pendukung buku sumber yang dipegang oleh siswa dan guru. Pada halaman muka disajikan berita perjudul ‘Presiden: Sisihkan Dana Pendidikan.’ Tulisan ini menyajikan dana abadi pendidikan dari tahun ke tahun yang  mendorong pembacanya untuk mengunakan keterampilan kognitif level C4 atau analisis. Tulisan ini dapat digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi terkait laporan hasil observasi.  Pada halaman yang sama, mata pelajaran Ekonomi dapat diuntungkan dengan berita yang berisi tuduhan Trump terhadap Indonesia sebagai Negara yang mengalami surplus dengan perdaganan AS namun dikatakan melakukan kecurangan perdagan luar negeri.

Pada halaman berikutnya, sub halaman bertajuk Nasional, memberikan informasi yang kaya menyoal segala sesuatu yang sedang terjadi di Negara ini. para siswa, dapat menemukan informasi terkait mata pelajaran PKn, misalnya tentang cara pemilihan pimpinan Dewan Pimpinan Daerah (hal.2), penjelasan tugas Mahkamah Konstitusi dan masalah dalam pemungutan suara ulang (hal.3).  Halaman 5 memberitahukan kepada siswa tentang buruknya wajah ujian. Dilaporkan ada 10 pelanggaran yang ditemukan pada saat Ujian sekolah berstandar nasional yang menyadarkan siswa tentang telah menurunnnya kejujuran di kalangan pelajar. Bagi guru bimbingan dan konseling, inspirasi dapat diperoleh dari teks ‘Sekolah, Miniatur Kehidupan’  pada halaman 27. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pada halaman-halaman lainnya tersaji informasi singkat dan padat yang menajamkan pemahaman yang diperoleh dari buku sumber.

Yang menarik, terdapat sub-seksi ‘Teraju’ sebanyak 2 halaman yang ditulis Selamat Ginting. Teraju sangat erat dengan pelajaran Sejarah Indonesia. Pada buku sumber, tidak akan tersaji informasi tentang Dokter bedah yang menjadi Menteri Luar Negeri (dan pernah merangkap menjadi Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri), Soebandrio. Informasi yang tersaji membantu siswa memahami pergerakan politik Indonesia pada tahun 1960an. Melihat Teraju dan isi setiap halaman yang dimuat pada Koran Republika, edisi 5 April 2017, aman jika mengatakan Koran bisa masuk kelas di setiap mata pelajaran. Koran masuk kelas sebetulnya bukan barang baru, di SMA Woodvile di Adelaide Australia,  Koran masuk kelas sudah menjadi kebiasaan. Di sana, guru mengajarkan kepada siswa untuk mendapatkan berbagai informasi dari Koran. Misalnya, setiap hari Rabu, guru Sejarah membawa Koran ke kelas dan membacanya bersama siswa. Suasana kelas terasa berbeda ketika siswa memegang Koran kemudian berdiskusi hangat tentang sejarah. Tidak terlihat siswa yang berkerut dahi karena membayangkan setelah membaca harus menjawab 10 pertanyaan tentang isi bacaan seperti yang biasa tersaji pada buku sumber pelajaran.

Siswa dan guru, keduanya, sebagai pembelajar memerlukan informasi dari berbagai sumber untuk terus menjadikan dirinya up to date dan pembelajar sepanjang hayat. Koran sebagai salah satu sumber informasi dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Membangun masyarakat literat yang ditandai dengan mampu berteks dapat dimulai dengan memasukkan Koran ke dalam kelas.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline