Lihat ke Halaman Asli

Yang Tersisa dari Final Euro 2016: Leadership ala Ronaldo

Diperbarui: 12 Juli 2016   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Perhelatan akbar Euro 2016 telah usai. Kita pun sama-sama mafhum bahwa Prancis dibuat menangis di rumahnya sendiri oleh Portugal, tim yang begitu kepayahan menggapai partai puncak. Dalam pertarungan dramatis itu, tendangan deras pemain pengganti, Eder, memaksa kiper Prancis memungut bola dari jaringnya sendiri.

Banyak bintang yang muncul dalam drama final yang digelar di stadion Saint-Denis (11/7) itu. Tentu saja yang pantas disebut pertama adalah Eder, sang pencetak gol tunggal. Kita juga tak bisa melupakan Rui Patricio, kiper Portugal yang setidaknya melakukan tujuh kali penyelamatan gemilang untuk membuat gawangnya tetap perawan hingga pertandingan berakhir. Ada juga Antoine Griezmann, striker tajam Prancis sekaligus top scorer Euro 2016. Beberapa kali usahanya berhasil dipatahkan kiper Rui. Jangan pula dilupakan Pepe, man of the match dalam pertandingan krusial itu.

Namun kemanakah Ronaldo, sang kapten Portugal? Megabintang itu tersungkur cedera dan hanya merumput tak lebih dari 25 menit awal pertandingan. Tetapi, apakah Ronaldo tidak berkontribusi atas kemenangan Seleccao? Kalau alasannya jumlah menit merumput, jelas ia tak pantas ikut serta dalam perayaan kemenangan, karena gol tercipta di ujung pertandingan.

Tetapi sebentar dulu! Ronaldo yang berkarakter kuat sebagai leader menunjukkan kepada kita betapa jarak begitu relatif dalam sebuah perjuangan. Pemimpin sejati hakikatnya tak peduli apakah ia berada dalam barisan atau tercampak dari kerumunan. Di manapun dia, tetap menginspirasi sekaligus menularkan energi positif bagi lingkungannya. Awalnya, Ronaldo tak mampu bertahan dari nyeri lututnya akibat benturan keras dengan pemain lawan. Awalnya juga, bulir air matanya terus menetes saat ditandu keluar meninggalkan rekan setim yang masih harus berjibaku di sisa pertandingan.

Tetapi apakah berhenti di situ, sobat? Apakah setelah di pinggir lapangan kemudian dia duduk manis menonton rekannya bertanding sambil ngemil dan minum cola? Jauh sekali dari tipikal pejuang seperti Ronaldo! Yang ada, dia terus berteriak membakar semangat koleganya untuk terus memberikan penampilan terbaiknya. Bak pelatih bayangan,dengan kaki masih dibalut perban, Ronaldo pun sibuk memberikan instruksi agar rekannya tetap fokus dengan strategi yang telah dirancang Fernando Santos.

Sejatinya, Ronaldo bukanlah dewa yang luput dari cela. Dalam perjalanan final Euro 2016, beberapa kali performanya jauh di bawah standar ideal penyandang predikat pemain terbaik dunia. Bahkan di laga kedua kontra Austria, dia tidak berhasil mengeksekusi penalti yang bagi banyak orang adalah hal termudah untuk mencetak gol.  Ronaldo juga beberapa kali gagal membawa timnya meraih kemenangan dalam waktu normal.

Namun begitulah pemimpin, selalu muncul saat timing yang tepat. Tak ada kamus menyerah baginya sepanjang masih ada waktu tersisa untuk berjuang. Fighting spirit yang dimilikinya selalu mewarnai jajarannya meski dia tak di sana. Apa yang disampaikan Ronaldo saat di ruang ganti ketika jeda babak pertama? Setengah meledak, dia menyuntikkan motivasi dan membakar optimisme bahwa kemenangan pasti diraih. Apa yang terjadi kemudian? Meski diserang bertubi-tubi oleh tim asuhan Didier Deschamps, pertahanan Portugal kokoh tak tergoyahkan.

Lihat bagaimana Ronaldo membisikkan mantra ajaib ke telinga Eder saat hendak masuk ke lapangan menggantikan Renato Sanchez sepuluh menit menjelang waktu normal habis. Dengan keyakinan tingkat tinggi, Ronaldo mengangkat mental Eder bahwa dari kakinya akan tercipta gol kemenangan Portugal. Sungguh fantastis! Bagaimana mungkin dia bisa seyakin itu, saat Portugal digempur habis-habisan oleh pasukan Les Blues? Terbukti, tak perlu waktu lama bagi Eder untuk menjebol gawang Lloris dengan tendangan kerasnya.

Di situlah peran pemimpin berbicara. Bagaimana dia bisa melipatgandakan motivasi dan menjadikan sesuatu yang mustahil menjadi mudah dalam jangkauan. Pemimpin tidak harus terjun secara langsung dalam kancah pertempuran. Terpenting adalah, kehadiran maupun ketidakhadirannya membuat nyaman pengikutnya dan tujuan organisasi tak terganggu. Buat apa pemimpin ada diantara kita tetapi malah merusak ritme yang sudah rapi? Untuk apa ada boss tetapi dia menjadi beban bagi anak buah?

Sungguh, akhir lebih baik daripada awalnya. Air mata Ronaldo saat cedera dan memaksanya angkat kaki di setengah babak pertama, berganti menjadi tangis bahagia pada penghujung laga...

(milleza)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline