Isra' dan mi'raj merupakan dua kejadian dalam satu tindakan.
Isra' adalah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Sementara Mi'raj adalah perjalan dari Palestina ke Sidratul Muntaha.
Tidak semua kejadian bisa di cerna oleh akal manusia. Percaya atau tidak, seringkali peristiwa yang menurut kita tidak realistis justru adalah sebuah kenyataan. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan manusia sehingga berpikir hal itu tidak nyata atau tidak realistis.
Bagi penganut atheis cukup mengatakan hal itu sebagai keajaiban yang tak bisa di buktikan dengan sains. Tetapi bagi yang memiliki iman, mereka akan memandang hal itu dengan spritualitas dan kejadian atau peristiwa itu di analisis dengan kekuatan iman. Sehingga dapat dipahami dan dipercayai bahwa itu benar-benar ada.
Begitulah kiranya yang terjadi dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW empat belas abad yang silam. Jika hanya mengandalkan logika sains, adalah mustahil melakukan perjalanan sepertiga malam saja menempuh perjalan yang sangat jauh.
Dapat di ketahui bahwa jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lebih kurang 1.500 kilometer. Belum lagi naik ke Sidratul Muntaha yang entah sejauh apa, jaraknya tak terukur.
Di Jaman itu, perjalanan dengan onta butuh waktu lebih kurang empat puluh hari perjalanan. Tapi jika iman yang kita kedepankan, tak ada yang mustahil dihadapan Allah.
Firman Allah QS. Al Isra (17) Ayat 1
"Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya (Muhammad)pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, Yang telah kami berkati sekelilingnya agar kami perlihatkan tanda-tanda Kebesaran Kami. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan Maha Melihat"
Al-Qur'an membahasakan bahwa perjalanan itu adalah kuasanya Allah yang di berlakukan atas hambanya Muhammad dengan penuh berkah. Tujuannya adalah dalam.upaya memperlihatkan Tanda-tanda Kebesaran Tuhan Yang Maha Perkasa.
Apa tanda-tanda yang di perlihatkan Allah Kepada Baginda Nabi?