Lihat ke Halaman Asli

Yandi Mulyawan

Guru SMA Negeri 32 Kab.Tangerang

Studi Kasus

Diperbarui: 28 Februari 2024   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Deskripsi Studi Kasus

Selama melaksanakan praktik pengalaman lapangan di sekolah SMA Negeri 32 Kab.Tangerang, saya menemukan beberapa kasus dalam proses pembelajaran. Yang pertama adalah rendahnya keaktifan peserta didik dalam belajar. Hal itu ditunjukan dengan sedikitnya peserta didik yang merespon pertanyaan guru. Yang kedua adalah kurang fokus dalam belajar, ketika guru sedang menjelaskan beberapa peserta didik mencuri waktu bermain gadget. Yang ketiga adalah rendahnya minat belajar peserta didik, hal ini diketahui saat penugasan beberapa peserta didik malas.

Kasus yang saya paparkan penting untuk dikaji lebih lanjut karena akan berdampak pada kemampuan saya dalam melakukan evaluasi dan merencanakan tindak lanjut pembelajaran, topik mengenai aktivitas belajar peserta didik di kelas tentu sangat penting untuk dilakukan dan dipahami secara baik oleh guru sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan kompetensi profesional. Mengatasi suatu kasus, diperlukan persiapan yang sangat matang, berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran, kemudian akan dituangkan dengan berbagai perbaikan pada rancangan pembelajaran selanjutnya memadukan konsep, pedagogik dan teknologi.

Analisis Situasi

Situasi yang terjadi membuat rancangan dan evaluasi pembelajaran, belum terdapat banyak inovasi yang dipadukan dalam satu proses pembelajaran. Selain itu, belum terjalin kedekatan antara guru dan peserta didik karena baru beberapa kali bertemu. Oleh sebab itu, dibuatlah rancangan pelaksanaan pembelajaran yang lebih bersesuaian dengan karakteristik materi dan peserta didik berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan.

Peran saya untuk evaluasi dilaksanakan dengan beberapa tahapan, mulai dari persiapan hingga analisis data hasil evaluasi. Saya berperan dalam merancang instrumen evaluasi terhadap proses pembelajaran dan peserta didik, baik instrumen angket maupun wawancara. Penyusunan instrumen ini ditujukan sebagai bentuk upaya melakukan profilling terhadap peserta didik. Komponen evaluasi terdiri dari identitas, latar belakang, minat, bakat, motivasi, gaya belajar hingga lingkungan belajar yang diharapkan oleh peserta didik. Selanjutnya seluruh data dianalisis dan diinterpretasikan untuk dijadikan landasan dalam mempersiapkan rencana tindak lanjut.

Adapun pihak yang terlibat dalam perancangan dan evaluasi kegiatan ini tentunya adalah peserta didik yang menjadi target utama dalam pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Peserta didik akan mengisi lembar observasi dan angket serta menjadi narsumber wawancara. Selain itu diperoleh bantuan dari wali kelas. Wali kelas berperan sebagai sumber informasi juga memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Saat merancang dan melakukan evaluasi pembelajaran dengan aktivitas belajar peserta didik, terdapat tantangan dan hambatan yang dihadapi. Seperti kesulitan dalam membangun kedekatan secara emosional dan personal dengan peserta didik yang berusia remaja, untuk memposisikan diri sebagai teman dan orang tua secara bersamaan. Selain itu, peserta didik masih terbatas dalam menguasai teknologi yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga teknologi sederhana saja yang dapat digunakan.

Alternatif Solusi

Jika adanya hambatan, tantangan atau kesulitan yang dihadapi dalam merancang pembelajaran dan melaksanakan evaluasi pembelajaran harus dapat dicari solusi yang paling tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan studi kasus dan observasi yang telah dilaksanakan, ada beberapa alternatif solusi yang dapat dilaksanakan sebagai berikut:

  • Peserta didik tertarik dengan pembelajaran yang terintegrasi dengan permainan, oleh sebab itu dibuatlah media pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal peserta didik yang diintegrasikan dengan teknologi dan game yang saat ini sering di gunakan adalah quizizz atau menggunakan HP dengan cara menscen barcoode.
  • Pembelajaran diintegrasikan dengan budaya daerah setempat dan latar belakang peserta didik agar lebih kontekstual dan menarik minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran karena adanya ketertarikan secara naluriah terhadap budayanya. Sebagaimana menurut (Ilhami et al., 2023) bahwa budaya lokal atau kearifan lokal juga merupakan bentuk sumber belajar. Selanjutnya budaya dapat dipadukan dengan penggunaan teknologi berbasis web 2.0 berdasarkan pemahaman dari materi Teknologi.
  • Penggunaan virtual database untuk mempelajari perpajakan secara lebih detail terutama untuk materi-materi yang tidak dapat diamati secara langsung dengan mata, sekaligus penerapan TPACK dalam pembelajaran. Hal ini juga memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan menggunakan sebanyak- banyaknya indera dalam belajar. Aplikasi google chrome   atau video Tiktok salah satunya
  • Penggunaan slide canva presentasi interaktif dan Lembar Kerja Peserta Didik interaktif agar dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik .
  • Refleksi pembelajaran merupakan tahap yang penting untuk dilaksanakan sebagaimana dalam (Seco & Cendana, 2022) bahwa salah satu indikator peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi peserta didik untuk merefleksikan pembelajaran. Wordwall dapat digunakan untuk melihat bagaimana gambaran keterlaksanaan proses pembelajaran.

Evaluasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline