Motivator kondang, Mario Teguh, ikut berkomentar soal fenomena sosial Lebaran di Indonesia. Hal seperti mudik, baju baru, dan belanja makanan yang berlimpah menurutnya kurang sesuai dengan prinsip kesejahteraan.
Menurut Mario, dalam mudik maupun belanja berlebihan itu, masyarakat menggunakan agama sebagai alasan untuk memburu hal-hal yang bertentangan dengan kesejahteraan.
Sebab, ia jelaskan, kesejahteraan berkaitan dengan disiplin. Termasuk disiplin anggaran. "Nah, disiplin untuk menjadi sejahtera itu dilanggar untuk alasan emosional (Lebaran)," kata dia.
"Jadi, bangsa kita ini memang, merencanakan liburan itu lebih serius daripada merencanakan keberhasilan," sambung Mario. Kalau mau liburan, rencananya detail dan rinci. Sementara untuk karier, untuk merencanakan dirinya agar pantas dibayar lebih tinggi, kerap tidak ada rencana.
"Jadi pantas kalau kita lamban keluar dari keadaan sulit. Tetapi hal ini sensitif. Kalau diingatkan nanti responnya seperti kita masuk ke wilayah keagamaan. Sebab perilaku berbelanja yang tidak diisiplin ini dikaitkan dengan ibadah, ritual," kata Mario seraya mengakui, "Jadi memang sulit dinasihati. Tetapi ada pendidiknya kok. Yaitu rasa stress. Setelah pulang liburan itu, mereka stress."
http://id.berita.yahoo.com/mario-teg...125244375.html
Permintaan Uang Receh di Indonesia Jelang Lebaran Rp 77 Triliun
Senin, 29 Agustus 2011 01:28 WIB
(Vibiznews-Banking), Dalam waktu kurang lebih 4 pekan, permintaan uang receh jelang lebaran di Indoneisa mencapai Rp 77 triliun atau di atas target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) Rp 61,36 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Direktur Pengedaran Uang BI, Adnan Djuada, Sabtu (27/8/2011).
"Update terakhir sampai Jumat 26 Agustus 2011, penukaran uang receh mencapai Rp 77 triliun," kata Adnan.
Dia mengatakan, meskipun permintaan uang receh ini sangat banyak, namun BI masih sanggup untuk melayani permintaan masyarakat karena stok uang BI mencukupi.
"Stok uang masih banyak. Jadi memang melampaui tatrget tidak masalah. Karena persediaan BI mencapai Rp 120 triliun. INi termsuk kas=kas di Kantor BI daerah," kata Adnan.