Lihat ke Halaman Asli

HMMC J WIRTJES IV ( YANCE )

LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

Pelajaran Penting dari SARS-COV2 (Corona)

Diperbarui: 22 Maret 2020   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Yance


Prolog

Dalam waktu dua bulan terakhir,

7 milyar spesies Homo Sapiens dibuat sibuk dan panik oleh sosok mahluk kecil ( virus ) yang oleh WHO organisasi kesehatan dunia diberi label resmi SARS - Co - V2. Penyakit yang ditimbulkan oleh virus itu dinamakan COVID - 19 ( Corona Virus Disease 19 ). 

Fenomena yang terjadi dan menarik untuk diamati adalah kepanikan luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semua pihak tidak terkecuali mulai dari Presiden hingga rakyat biasa panik, memberikan respon beragam sesuai dengan kapasitas kemampuan masing masing. Semua bekerja sama bahu membahu berpartisipasi melawan corona. 

Para dokter dan para medis tentu saja berdiri di garda terdepan memimpin perlawanan terhadap musuh tidak kasat mata itu. Kerja sama antar bangsa digalang, berbagai Algorigma, Protokol, Standar Operasional Prosedur, Surat Edaran dibuat dan disebar ke seluruh dunia. Penyebarannya dibantu dengan perangkat smartphone dan semua orang dengan sukarela bersedia menjadi agent penyebar informasi. 

Corona datang bagaikan badai tornado memporak porandakan sendi sendi kehidupan manusia dan peradaban modern. Corona telah mengubah tradisi ramah tamah yang sudah berlangsung ribuan tahun ( bersalaman / jabat tangan, cium pipi kanan - kiri ). Corona juga mengubah kebiasaan / kesukaan manusia untuk berkumpul, masing masing menjaga jarak aman satu sama lain, termasuk pergi dan pulang ke tempat kerja dan tempat hiburan. 

Corona sudah merubah yang tidak dapat dilakukan manusia. Dengan terpaksa ataupun sukarela, orang bersedia kerja, belajar dan beribadah di rumah. Semua fenomena itu telah membuat larut semua orang dalam satu pikiran dan tindakan. Tiada hari tanpa berpikir dan bertindak di dalam konteks corona, sehingga cenderung melupakan yang lain. 

Penulis mencoba keluar dari pusaran mainstream, mengambil posisi berjarak. Keputusan mengambil posisi di luar kerumunan, diambil semata mata untuk mendapatkan jarak pandang dari ketinggian, agar dapat melihat alternatif jalan keluar. Kesempatan itu tidak mungkin diperoleh jika penulis ikut larut di dalam kerumunan masa yang sedang panik, berpacu dengan waktu. 

Pengalaman yang terjadi di masa lalu memberi pelajaran bahwa langkah terobosan strategis tidak mungkin lahir dari keterdesakan waktu. Penulis melihat dan menilai Semua pikiran, rencana, tindakan yang dilakukan SEMUANYA BERSIFAT TAKTIS, Tidak ada pikiran dan tindakan yang BERSIFAT STRATEGIS. 

Ada kekhawatiran bahwa dengan apa yang sedang, dan akan diupayakan, dapat mengatasi corona, tetapi kita akan tergagap lagi jika datang serangan sejenis dari virus lain. Cara yang kita lakukan terhadap corona sudah tidak manjur lagi untuk melawan virus baru. Akibatnya kita terus mengulang episode cerita legenda perang melawan musuh tidak kelihatan. 

Masih diperlukan pikiran dan tindakan strategis, agar cerita sedih dalam episode berikutnya tidak terulang dalam waktu dekat. Agaknya kita sudah melupakan hakekat dan jati diri kita dan bagaimana relasinya dengan mahluk lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline