Fiksi mini oleh: Yan Baptista Teguh
Dulu sekali aku adalah seorang dokter umum di sebuah rumah sakit di Jakarta. Aku mengenal Liliana pertama kali saat ia memperkenalkan dirinya sebagai perawat baru di rumah sakit itu. Wajahnya memang manis tapi perasaanku biasa saja kala itu.
Ketika aku dan Liliana sering bertemu, lambat laun kamipun menjadi akrab. Walau usia kami berjarak cukup jauh ternyata obrolan kami bisa nyambung. Aku dan Liliana kerap memanfaatkan waktu luang dalam kebersamaan. Entah sekedar keluar makan siang atau nonton film di bioskop.
Liliana tahu aku sudah beristri. Kupikir selama ini ia menganggap kebersamaanku dengannya hanya sebagai selingan untuk mencari kesenangan semata. Ternyata Liliana bermain hati. Tak kukira ia menyatakan perasaan cintanya kepadaku ketika kami tengah berteduh di sebuah restoran sambil makan malam sepulang nonton bioskop.
Entah mengapa saat itu aku seperti tak sanggup banyak berkata-kata. Kupandangi wajah manisnya yang penuh senyum. Kugandeng erat tangannya dan kami berjalan menuju sebuah hotel. Malam itu Liliana menyerahkan miliknya yang paling berharga sebagai perempuan kepadaku. Aku dan Liliana serasa terbang ke langit ke tujuh.
Seminggu setelah kejadian di malam itu, tanpa ragu kusampaikan niatku untuk melakukan poligami kepada Lidya istriku. Sungguh aku serius ingin menikahi Liliana dan meminta ijin pada Lidya. Lidya menatapku hampa. Matanya seolah ingin berbicara.
"Aku sudah tahu hubunganmu dengan suster muda itu..." katanya datar.
"...aku tidak setuju kamu poligami..." lanjut Lidya.
Tak satupun kata keluar dari mulutku. Tak ada argumen, tak juga ada penjelasan. Aku sama sekali tidak berniat menceraikan Lidya. Kurebahkan tubuhku di kasur dengan lunglai.
********
Hari-hari berikutnya kepalaku terasa kosong. Bermacam penyakit mulai muncul dan hinggap di tubuhku dengan gejala beragam. Mulai dari tekanan darahku meningkat sampai gula darahku yang meninggi. Tubuhkupun mulai terasa ringkih.