Lihat ke Halaman Asli

yana saputra

mahasiswa

Pengelolaan Lahan Kering agar Memiliki Nilai Ekonomis yang Tinggi di Bali

Diperbarui: 3 Mei 2023   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lahan kering di Indonesia, termasuk di Bali, merupakan masalah yang cukup besar karena luasnya wilayah yang terkena dampak perubahan iklim dan pengaruh manusia. Lahan kering di Indonesia ditandai dengan rendahnya curah hujan, kadar air tanah yang rendah, dan tingkat kelembaban yang rendah, sehingga lahan sulit untuk ditanami dan dipelihara. Di Bali, lahan kering yang ada sebagian besar terdapat di wilayah timur dan utara, yang cenderung lebih tandus dan kurang subur. 

Namun, lahan kering di Bali masih dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk bertani dan berternak, seperti di daerah Karangasem, Buleleng, dan Gianyar. Pemanfaatan lahan kering di Indonesia, khususnya di Bali, saat ini semakin berkembang dengan adanya program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas lahan kering melalui teknologi pertanian yang inovatif dan keberlanjutan lingkungan. Beberapa upaya pengelolaan lahan kering yang dilakukan di Bali, antara lain: 

Pengelolaan air: Salah satu faktor penting dalam pengelolaan lahan kering adalah pengelolaan air. Upaya pengelolaan air yang dilakukan di Bali antara lain pembuatan embung atau reservoir air hujan, pembuatan sumur bor, dan teknologi irigasi tetes. Pemanfaatan jenis tanaman yang cocok: Lahan kering di Bali dapat dimanfaatkan untuk menanam jenis tanaman yang cocok, seperti jagung, kacang-kacangan, dan cabe rawit. Selain itu, beberapa jenis tanaman khas Bali, seperti jeruk Bali dan mangga, juga dapat ditanam di lahan kering. 

Pertanian organik: Pertanian organik dapat meningkatkan produktivitas lahan kering dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Beberapa petani di Bali telah menerapkan teknik pertanian organik untuk meningkatkan hasil panen. Pengembangan pariwisata: Lahan kering di Bali yang memiliki keunikan alam dan budaya dapat dikembangkan sebagai objek wisata, seperti Taman Nasional Bali Barat, Pantai Lovina, dan Pura Besakih. Upaya pengembangan dan pengelolaan lahan kering di Indonesia dan Bali tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh organisasi non-pemerintah dan masyarakat lokal. 

Beberapa program yang dilakukan antara lain: Program pengembangan lahan kering: Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program pengembangan lahan kering yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dan kesejahteraan petani. Program ini dilakukan melalui penyediaan bibit unggul, teknologi pertanian yang inovatif, serta penyediaan akses pembiayaan dan pasar. Pelatihan dan pendampingan: Organisasi non-pemerintah, seperti Yayasan Dian Desa, telah melakukan pelatihan dan pendampingan bagi petani di Bali untuk meningkatkan keterampilan pertanian dan mengembangkan usaha mikro. 

Selain itu, mereka juga memberikan pelatihan tentang pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Program pertanian organik: Beberapa kelompok petani di Bali telah menerapkan teknik pertanian organik untuk meningkatkan produktivitas lahan kering. Program pertanian organik juga bertujuan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kualitas hasil panen. Pemanfaatan teknologi digital: Pemanfaatan teknologi digital seperti sistem informasi geografis (SIG) dan sensor dapat membantu pengelolaan lahan kering. 

SIG dapat digunakan untuk memetakan lahan dan mengoptimalkan penggunaannya, sedangkan sensor dapat membantu dalam pemantauan kelembaban tanah dan ketersediaan air. Upaya pengembangan dan pengelolaan lahan kering di Indonesia dan Bali tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh organisasi non-pemerintah dan masyarakat lokal. Beberapa program yang dilakukan antara lain: 

Program pengembangan lahan kering: Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program pengembangan lahan kering yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dan kesejahteraan petani. Program ini dilakukan melalui penyediaan bibit unggul, teknologi pertanian yang inovatif, serta penyediaan akses pembiayaan dan pasar. Pelatihan dan pendampingan: 

Organisasi non-pemerintah, seperti Yayasan Dian Desa, telah melakukan pelatihan dan pendampingan bagi petani di Bali untuk meningkatkan keterampilan pertanian dan mengembangkan usaha mikro. Selain itu, mereka juga memberikan pelatihan tentang pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Program pertanian organik: Beberapa kelompok petani di Bali telah menerapkan teknik pertanian organik untuk meningkatkan produktivitas lahan kering. Program pertanian organik juga bertujuan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kualitas hasil panen.

Pemanfaatan teknologi digital: Pemanfaatan teknologi digital seperti sistem informasi geografis (SIG) dan sensor dapat membantu pengelolaan lahan kering. SIG dapat digunakan untuk memetakan lahan dan mengoptimalkan penggunaannya, sedangkan sensor dapat membantu dalam pemantauan kelembaban tanah dan ketersediaan air. Selain itu, pengelolaan lahan kering di Indonesia dan Bali juga memerlukan strategi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. 

Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain: Pemberdayaan masyarakat lokal: Pemberdayaan masyarakat lokal adalah kunci untuk pengembangan lahan kering yang berkelanjutan. Pemberdayaan melalui pelatihan dan pendampingan dapat membantu petani meningkatkan keterampilan pertanian, mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, serta memperoleh akses pembiayaan dan pasar yang lebih baik. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan: 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline