Lihat ke Halaman Asli

Yana Mustika

Pembelajar

Sherly Tjoanda dan Emansipasi Kepemimpinan Perempuan di Maluku Utara

Diperbarui: 23 Oktober 2024   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunmedan.com

Dalam sejarah panjang bangsa kita, kepemimpinan perempuan sering kali dipandang sebelah mata, terutama di wilayah yang masih sangat dipengaruhi oleh patriarki, feodalisme, primordialisme, kolano-isme, kabasarang-isme dan dan isme-isme negatif sejenisnya. Sherly Tjoanda Laos, ia tak hanya berdiri sebagai seorang perempuan yang mencoba bertahan, tetapi juga sebagai figur pemimpin politik yang berjuang menggantikan posisi suaminya yang telah wafat. Sebuah ikhtiar emansipatif yang tegas, penuh keyakinan, dan keberanian untuk meretas tembok-tembok tebal diskriminasi gender dan sosial. Kepergian sang suami mungkin telah meninggalkan duka mendalam, namun bagi Sherly, perjalanan politiknya tidak berakhir di sana. Ia memilih untuk berdiri dengan kepala tegak, melanjutkan visi yang dulu diemban bersama suaminya dan memperjuangkan hak serta harapan bagi masyarakat Maluku Utara. Dalam langkahnya yang mantap, ia tak hanya menghadapi tantangan politik, tetapi juga tembok patriarki yang begitu kokoh berdiri di hadapannya. Meski demikian, keadaan ini tak menjadi penghalang. Justru, Sherly menjadi simbol kebangkitan perempuan dalam dunia politik Maluku Utara yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki. Di tengah duka karena kehilangan sang suami, ia berkalang tekad untuk membuktikan bahwa perempuan dapat memimpin dengan keahlian, keteguhan, dan integritas yang sama—bahkan lebih besar—dari laki-laki.

Dalam rekam jejak sejarah, peran kepemimpinan perempuan di Maluku Utara tidak dapat dinafikan. Rainha Boki Raja atau Boki Nukila adalah salah satunya. Seorang pemimpin perempuan dari abad ke-16 yang dikenal karena keberaniannya di hadapan kolonial Portugis. Atau jika kita tidak perlu meloncat terlalu jauh ke 4-5 abad silam, di Maluku Utara juga ada pemimpin perempuan yang pernah menjabat sebagai bupati. Pemimpin-pemimpin ini adalah bukti nyata bahwa perempuan memiliki tempat dalam politik dan kepemimpinan. Referensi tentang kepemimpinan perempuan juga tak berhenti pada nama-nama lokal. Dunia internasional telah menyaksikan bagaimana perempuan seperti Benazir Bhutto, Indira Gandhi, Margaret Thatcher, Angela Merkel, hingga Kamala Harris dan Hillary Clinton menunjukkan kemampuan mereka memimpin di kancah politik global. Di tengah pusaran kekuasaan yang sering kali penuh dengan intrik, perempuan-perempuan ini menegaskan bahwa mereka mampu berada di garda terdepan, memberikan arah bagi bangsa mereka.

Di Maluku Utara, bukan hanya pandangan patriarki dan misoginis, sentimen dan politik identitas (SARA) yang terus diperuncing dapat menjadi ancaman besar bagi kelangsungan politik yang adil dan beradab. Sherly, yang berasal dari etnis Tionghoa dan beragama Kristen, menjadi sasaran dari prasangka dan diskriminasi. Hal ini harus menjadi pengingat keras bagi kita semua, bahwa keadaban serta keteladanan politik tengah terancam. Bukankah perempuan juga manusia? Bukankah Kristen, apalagi Tionghoa, memiliki hak yang setara sebagai warga negara, sebagai orang Maluku Utara? Kenapa perbedaan identitas harus menjadi penghalang bagi sebuah emansipasi politik yang adil? Cukup sudah, hingga pada sekian purnama kita larut dalam kebanggaan semu atau keangkuhan identitas yang sempit. Waktunya sudah tiba bagi kita untuk membuka mata, bahwa perempuan juga bisa memimpin—bahkan lebih dari sekadar bisa. Perempuan bukan lagi yang 'kedua', 'ketiga', 'keempat', atau yang kesekian. Sudah cukup dengan narasi subordinasi ini!

Perjuangan Sherly Tjoanda Laos bukan hanya sebuah langkah politik, tetapi juga sebuah deklarasi kebangkitan perempuan di Maluku Utara. Dalam langkah-langkahnya, Sherly membawa harapan baru bagi mereka yang terpinggirkan oleh sistem sosial dan politik yang usang. Ia adalah contoh nyata bahwa perempuan memiliki kemampuan dan hak untuk berdiri di garis depan, memimpin dengan keberanian dan kebijaksanaan. Mari kita jemput kebangkitan Maluku Utara bersama Sherly-Sarbin, menuju masa depan yang lebih inklusif, adil, dan penuh harapan. Saatnya Maluku Utara bangkit, dan Sherly Tjoanda Laos adalah sosok yang akan memimpin kita ke arah sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline