Silaturahim merupakan amalan yang diperintahkan Islam dan jadi bagian erat dari perayaan Idulfitri untuk saling memaafkan dan mengencangkan tali kekeluargaan supaya tidak putus.
Silaturahim di keluarga saya dan suami sedikit berbeda. Kalau keluarga saya cukup kumpul bareng di satu tempat, kalau di keluarga suami tidak afdol silaturahim tanpa mengunjungi rumah saudara. Jadi tiap Lebaran kalau tidak sedang jatah salat Id di Jakarta, kami keliling ke tempat saudara suami.
Ibu mertua punya empat saudara kandung yang semuanya sudah beranak-cucu di Jakarta dan Bekasi. Maka rumah-rumah yang kami kunjungi di seputaran Magelang adalah rumah para sepupu ibu mertua yang kami sebut dengan Bani Wiryo. Kalau silaturahim ke rumah para Bani Wiryo sudah selesai, kami lanjutkan ke Yogya, masih ke rumah dua Bani Wiryo yang tinggal di sana.
Setelah semua rumah Bani Wiryo kami datangi, barulah kami ke Purworejo, tampat empat saudara kandung almarhum bapak mertua berada.
Awu
Tradisi berkumpul antarkeluarga besar di suami mengutamakan yang tua. Para keponakan mendatangi rumah pakde dan bude. Para adik sepupu mendatangi rumah kakak sepupu. Begitu seterusnya yang muda mendatangi yang tua. Karena itu sering terjadi para sepupu ketemu lagi di rumah masing-masing meski sebelumnya sudah saling bertemu di rumah satu kerabat.
Hampir tidak mungkin yang muda mengunjungi yang lebih tua kecuali ada situasi spesial seperti paklik atau bulik punya cucu yang baru lahir, sedang sakit, ngunduh mantu, atau hal spesial yang membuat saudara tua bersilaturahim ke rumah saudara yang muda saat Lebaran.
Meski demikian, saudara yang usianya lebih tua ternyata tidak serta-merta kita panggil dengan sebutan Mas, Mbak, Pakde, Bude, atau Kakang. Kita bisa saja memanggilnya dengan sebutan Dik, Paklik, atau Bulik walau usia mereka lebih tua. Ini karena mayoritas orang Jawa menghormati mereka yang awu-nya lebih tua.
Awu didalam bahasa Indonesia mungkin sepadan dengan silsilah. Siapa yang kakek/neneknya lahir duluan itulah yang awunya lebih tua. Para anak dan cucu mereka juga jadi punya awu lebih tua dari kita yang kakek/neneknya lahir belakangan.
Makanya saat mengunjungi saudara yang usianya lebih muda kita bisa saja memanggil mereka dengan sebutan Pakde dan Bude atau Mas dan Mbak. Suami saya usianya 5-10 tahun lebih tua dari beberapa sepupu dari keluarga ibunya, tapi karena awunya lebih muda maka dia dipanggil dengan Dik alih-alih Mas.