Buat orang desa, punya utang di bank bukan hal memalukan yang jadi aib sebab mereka menggunakannya untuk modal bertani, berdagang, buka bengkel, atau usaha lainnya, jadi tidak seperti utang kartu kredit dan KTA (Kredit Tanpa Agunan).
Kredit yang diambil para petani dan pedagang ini adalah KUR-Kredit Usaha Rakyat yang bunganya kecil dan syaratnya juga lebih mudah. Berdasarkan cerita dari Mas Febri, staf BRI yang mengurus KUR saya, jarang ada orang desa yang gagal melunasi kreditnya, bahkan ada dari mereka yang sampai tiga kali ambil KUR dan selalu melunasinya tepat waktu.
Tujuan Berutang
Saya mengajukan KUR yang pertama di BRI tahun 2020 untuk memperlengkap warung dan bikin tempat nongki kecil-kecilan buat remaja. Mas Febri menyarankan ambil saja sekalian Rp50 juta. Agak laen Mas Febri ini, Rp50 juta itu besar, bagaimana kalau nanti saya tidak mampu bayar?!
Waktu itu pinjaman untuk UMKM dibatasi maksimal Rp50 juta saja. Baru pada 2022 pemerintah menaikkan plafon maksimal Rp100 juta.
Kenapa Rp50 juta tidak minta suami saja? Atau pinjam KUR pakai nama suami? Saya pakai nama sendiri selain karena untuk usaha pribadi, juga atas dorongan suami supaya saya merasakan jadi debitur. Kalau lunas tepat waktu tanpa macet dan kelak saya mau kredit motor atau mobil, prosesnya akan lebih mudah karena nama saya sudah tercatat sebagai debitur taat, katanya.
Alasan yang aneh, tapi saya turuti juga, sih.
Ada kenalan kami yang ambil KUR untuk merenovasi rumahnya. Untunglah KUR itu lunas dengan jangka lima tahun. Pun ada kerabat suami yang meminjam KUR untuk bayar utang anaknya yang terlilit bank plecit (lintah darat).
Jadi walau namanya KUR kita boleh menggunakan uang itu untuk apa saja kalau uang itu sudah cair. Paling utama sedari awal kita sudah punya rencana dari mana dan bagaimana melunasi utang itu. Sepengalaman saya pikiran seperti, "Pinjam saja dulu, gimana cara bayarnya nanti aja dipikirin," itu harus dihindari.
Pikiran seperti itu yang membuat saya nyaris macet bayar di pinjaman kedua.
Proses Pencairan KUR
Kalau kita lihat di situs KUR BRI, untuk KUR Mikro seperti yang saya ambil tidak perlu agunan, apalagi warung dan tempat nongki yang saya buat sudah berjalan sebelum saya pinjam KUR. Namun, waktu itu saya memberi agunan sesuai yang diminta bank. Agunan itu bisa dibilang alakadar karena motor yang BPKB-nya dijadikan agunan usianya sudah 13 tahun. Itu pun dua-duanya punya kakak ipar saya.