Saya pernah berbincang dengan orang tua yang mengangkat anak dari kerabatnya untuk diasuh dan diperlakukan seperti anak sendiri. Pun pernah ngobrol dengan beberapa orang tua yang telanjur menyerahkan anaknya untuk diasuh kerabat.
Penyesalan terbesar ada pada orang tua yang menyerahkan anak untuk diadopsi kerabatnya. Ada yang anaknya telah masuk dalam kartu keluarga si kerabat dan, entah bagaimana prosesnya, diakui sebagai anak kandung kerabat yang bersangkutan.
Mancing Anak
Jaman dulu sering kita dengar suami-istri yang belum punya anak disarankan untuk ngambil anak sebagai pancingan supaya bisa hamil dan melahirkan anak kandung. Katanya kalau sudah terbiasa mengasuh dan mengurus anak kemungkinan hamil dan melahirkan lebih besar karena Allah sudah mempercayakan mereka untuk punya anak sendiri.
Anak orang diambil untuk mancing anak kandung supaya lahir? Dari dulu logika saya gak masuk, tapi nyatanya hal itu sering saya dengar bahkan dari kerabat sendiri. Setelah si istri hamil dan melahirkan, anak pancingan dikembalikan ke orang tua kandungnya. Ada juga yang tetap diasuh dan diadopsi jadi anak sendiri walau suami-istri itu sudah punya anak kandung.
Paman dan bibi saya juga pernah dipaksa keluarga besar untuk mengadopsi anak karena sudah menikah 15 tahun, tapi belum diberi keturunan padahal kata dokter mereka berdua subur dan tidak mandul. Paman dan bibi menolak karena, walau ingin sekali punya anak, mereka kuatir si anak tidak terurus karena dua-duanya bekerja.
Belakangan bibi kena kanker payudara yang mengharuskannya berobat terus-menerus. Sampai akhirnya bibi meninggal mereka belum juga punya anak. Kemudian didepan keluarga besar paman saya bilang, "Untung dulu gak ngambil anak. Kalau ngambil siapa sekarang yang urus itu anak ditinggal ibunya (istrinya-)."
Beberapa tahun kemudian paman menikah lagi dengan seorang ibu satu anak. Tanpa repot mengadopsi anak atas suruhan keluarga besar, dia sudah dapat anak sambung.
Menyerahkan Anak
Selain diminta mancing anak, ada juga orang tua yang dipaksa menyerahkan anaknya. Si orang tua kebetulan berkeuangan pas-pasan dan anak bayinya adalah anak keempat.
Daripada repot ngurus empat anak, lebih baik anak bungsu kau kasihkan saja ke kerabat kita yang mandul. Mereka toh kaya, pasti anakmu hidup sehat dan terjamin.
Mana ada orang tua yang mau berpisah dengan anaknya semiskin apa pun mereka. Para remaja yang hamil diluar nikah pun sering merindukan anak mereka yang ditaruh di panti asuhan dengan rasa penyesalan yang tak hilang-hilang. Bukan menyesal karena hamil duluan, tapi menyesal tidak bisa bertemu, mengasuh, dan merawat anak sendiri dikarenakan keadaan.
Jadi selain pelaku perdagangan manusia, keluarga bisa jadi pihak yang paling bertanggungjawab atas diserahkannya anak dari orang tua kandung ke kerabat atau orang lain yang ingin anak.