Lihat ke Halaman Asli

Yana Haudy

TERVERIFIKASI

Ghostwriter

Pengguna Angkutan Umum di Daerah, Makin Tidak Dianggap

Diperbarui: 17 Juni 2023   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi angkutan umum (Antara Foto/Asprilla Dwi Adha)

Kalau warga di Jabodetabek masih banyak yang menggunakan angkutan umum karena ada TransJakarta, Transjabodetabek, MRT, LRT, dan KRL, di daerah hampir tidak ada lagi yang naik angkutan umum.

Penyebabnya kita sudah tahu, yakni kemudahan pembelian kendaraan pribadi dan kelayakan armada angkutan umum. Dua hal ini seperti lingkaran setan yang saling terkait tidak bisa lepas untuk saling menjerumuskan.

Lingkaran Setan Angkutan Umum dan Motor

Lima tahun lalu di Kabupaten dan Kota Magelang masih hilir-mudik angkot (angkutan kota-walau di desa, tapi namanya angkutan kota juga) dan bus mini satu pintu yang namanya engkel. Satu-dua tahun kemudian makin banyak pekerja toko, karyawan pabrik dan gudang yang beli motor untuk menghemat ongkos.

Naik angkot atau engkel sekali jalan habis Rp3.000-Rp5.000, kadang harus ganti angkutan dan keluar ongkos lagi untuk sampai tempat kerja. Kalau sedang buru-buru atau ingin cepat sampai, ojek jadi pilihan. Tetapi ongkos yang dikeluarkan jadi lebih mahal.

Maka banyak orang yang membeli motor untuk efisiensi waktu dan ongkos.

Banyaknya orang yang bepergian menggunakan motor pribadi membuat angkot dan engkel kehilangan penumpang. Penumpang yang hilang membuat pemilik angkot dan engkel tidak punya pemasukan untuk sekadar ganti oli apalagi onderdil. Makanya mereka cuma mengoperasikan 1-2 armada. Angkutan yang masih beroperasi ini pun jalannya lamaaa. Setahun baru sampai tujuan. 

Alhasil yang masih sudi naik angkutan umum bisa dihitung jari. Itu pun hanya penumpang yang tidak punya pilihan selain naik angkutan umum saking miskin tidak punya uang untuk naik ojek apalagi beli motor. 

Bus mini engkel yang dulu jadi angkutan utama masyarakat Magelang, kini menghilang | foto: blog awansan.com

Sampai empat tahun lalu sebelum pandemi, anak-anak sekolah masih naik angkot dan engkel yang jam operasionalnya terbatas cuma di jam berangkat dan pulang sekolah sampai pukul 16.00.

Sekarang anak-anak sekolah ini sudah diantar-jemput pakai motor pribadi karena naik angkutan umum (termasuk ojek) dianggap tidak aman (terpengaruh berita penculikan di kota dan hoaks yang menyebar antar grup WhatsApp). 

Pelajar SMA juga sudah dibelikan dan diizinkan membawa motor ke sekolah oleh orang tua dan guru walau usia mereka belum 16 tahun (usia minimal memiliki SIM C).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline