Lihat ke Halaman Asli

Yana Haudy

TERVERIFIKASI

Ghostwriter

Elevasi Buddhisme dan Jawa dalam Petualangan Psikologi Horor "Berdansa dengan Kematian" Karya Acek Rudy

Diperbarui: 15 Mei 2023   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Novel "Berdansa dengan Kematian", Acek Rudi. (Foto: Dokumentasi Pribadi/edited)

Seru, menantang imajinasi, membuka perspektif batin, dan meneguhkan kesadaran kalau dari ajaran agama mana pun memelihara dendam tidak pernah berakhir baik.

Kalau para pemenang Best in Fiction Kompasiana Awards seperti Lilik Fatimah Azzahra, Indra Rahadian, atau Wahyu Sapta membuat novel, ya, sudah biasa, mereka memang jagonya, tapi Acek Rudy?

Debut si Palugada

Acek Rudy sempat dikenal sebagai Kompasianer yang sering menulis tentang karakter dan prediksi nasib seseorang dari perhitungan angka-angka. Itu memang bidangnya karena beliau telah ditasbihkan sebagai numerolog pertama di Indonesia oleh MURI.

Setelah itu beliau dikenal sebagai Kompasianer spesialis kamasutra saking seringnya nulis percintaan bahkan yang "nyerempet-nyerempet" sekalipun.

Lepas dari citra sebagai spesialis kamasutra, Acek Rudy kini dikenal sebagai Kompasianer palugada, akronim dari apa lu mau gue ada. Dalam konteks Kompasiana, palugada disematkan kepada Acek karena beliau menulis beragam topik, tidak pernah itu-itu saja. Topik yang tidak pernah kepikiran oleh Kompasianer lain pun sudah ditulis oleh Acek.

Sayangnya, walau artikel Acek Rudy populer di kalangan Kompasianer, beliau tidak pernah menang Kompasiana Awards karena tidak ada kategori Best in Palugada atau Best in Gado-gado.

Selain itu palugada pas untuk menggambarkan Acek Rudy yang punya beragam profesi. Selain numerolog, Acek juga pengusaha, professional public speaker, penulis konten, dan sekarang jadi novelis. Betul-betul si Palugada.

Bab Demi Bab

Pada awal-awal bab ceritanya masih terasa santai, belum ada adegan yang bikin bergidik walau sudah ada beberapa kematian. Setelah bab 7 mata makin tidak bisa bergeming, ingin terus membaca. Makin melewati bab demi bab, makin kita ingin menebak. Namun makin menebak makin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. 

Bisa dibilang Berdansa dengan Kematian seperti film psikologi thriller yang bertaburan adegan berdarah-darah, perkelahian, dibumbui romantisme, dan setiap adegan akan memainkan emosi kita.

Namun, inilah uniknya, walau mirip film psikologi thriller yang bikin kita nonton sambil mikir, Acek Rudy tidak membiarkan kita begitu. Kita terdorong untuk menebak apa yang akan terjadi di bab selanjutnya, tapi tidak perlu berpikir keras untuk menikmati alur demi alur Berdansa dengan Kematian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline