Hari Kartini tahun ini bertepatan dengan Idulfitri 1444 H bagi sebagian rakyat Indonesia yang meyakini jatuhnya bulan Syawal berdasarkan wujudul hilal.
Meski begitu saya dan keluarga besar belum berlebaran karena ikut perayaan Idulfitri pada 22 April 2023.
Hari lebaran termasuk hari paling sibuk buat ibu-ibu se-Indonesia melebihi sibuknya Ibu Kita Kartini. Bila Ibu Kita Kartini tidak pusing dengan urusan masak, bebersih, dan mengepak baju buat mudik, mayoritas ibu-ibu jaman now mengerjakan sendiri urusan rumah tangganya.
Ibu-ibu yang biasa dibantu pekerja rumah tangga (PRT) pun sering harus berjibaku sendirian saat lebaran karena PRT mereka mudik.
Bagi yang dompetnya setebal Nagita Slavina dan Nia Ramadhani, tidak masalah mempekerjakan PRT pengganti yang upahnya berlipat-lipat. Namun buat ibu-ibu yang isi saldonya cuma cukup buat beli Honda Scoopy, lebih baik mengerjakan sendiri urusan rumah tangga menjelang dan saat lebaran, daripada membayar PRT pengganti.
Kartini dan Pendidikan
Awalnya saya mengira Kartini memperjuangkan emansipasi wanita supaya sejajar dengan pria. Ternyata setelah menonton film Kartini yang dibintangi Dian Sastro, saya baru tahu kalau hal utama yang diperjuangkan Kartini adalah pendidikan bagi perempuan.
Di masa kolonial, baik di Indonesia dan dihampir seluruh belahan dunia, perempuan diposisikan hanya sebagai pengurus rumah tangga dan pabrik anak. Makanya perempuan tidak perlu sekolah, bisa baca-tulis-berhitung (calistung) saja sudah cukup.
Karena tidak punya pengetahuan, maka kaum perempuan tidak berdaya terus diposisikan sebagai keset lelaki. Ini yang diperjuangkan Kartini. Kartini berusaha membuka sekolah dan memberi pengajaran pada kaumnya supaya pikiran perempuan jadi terbuka dan mereka mampu menentukan sendiri jalan hidupnya.
Dengan begitu kedudukan perempuan tidak lagi berada dibawah laki-laki, melainkan sejajar dan saling mengisi peran dengan suaminya kelak.
Posisi perempuan yang sejajar dengan laki-laki ini ternyata sudah ada dalam Al Quran dan Hadis, seperti adegan di film Kartini saat dia bertanya pada kyai yang memberi pengajian di rumahnya.