Ingat, atau pernah nonton film Catatan si Boy dan Lupus Kejarlah Daku Kau Kujitak?
Dua film itu sangat populer sejak tayang di bioskop pada 1987 sampai diputar ulang di televisi era 1990-an. Deuh, aku kan Generasi Z, gak mungkin nonton film jadul begitu.
Seorang cinephile yang belum lahir pada masa sebuah film dibuat, dengan senang hati menonton film yang tayang diluar generasinya. Dia bahkan senang menonton film Misteri Sumur Tua dan Saya Suka Kamu Punya yang tayang di tahun yang sama dengan Catatan si Boy dan Lupus, walau dia Gen Z.
However, istilah cinephile kemungkinan tidak dialami oleh Gen Z karena generasi terakhir yang menikmati film lama sama asyiknya dengan film kekinian adalah geriatric milenial yang sekarang berusia 37-41 tahun.
Gen Z telah mengalami masa dimana ribuan film diproduksi selama setahun dari industri film berbagai negara. Bollywood saja memproduksi 1000 film per tahun.
Dua kali lipat lebih banyak dari Hollywood. Belum lagi drama Korea, Jepang, Thailand, Prancis, dan sinetron dalam negeri yang takkalah serunya. Tambah lagi dalam daftar, yaitu film dokumenter kini dikemas sama menariknya dengan film seri.
Kalau pun ada generasi Z yang menjadi cinephile, mungkin jumlahnya bisa dihitung jari karena pilihan tontonan yang lebih banyak dan variatif dibanding generasi diatas mereka.
Terminologi
Menurut Cambridge Dictionary, cinephile berarti orang yang sangat tertarik dan antusias dengan sinema sebagai bentuk seni. Mereka juga tahu banyak tentang film meski tidak bekerja di industri tersebut.
Dilihat dari asal katanya, cinephile berasal dari kata Yunani, yaitu cinema dan philia (kecintaan).
Mas Generis dalam ulasannya yang berjudul Cinephilia: Movies, Love, and Memory, yang terbit pada 2011 di Universitas La Trobe, Melbourne, menulis bahwa cinephile adalah kondisi ketertarikan seksual terhadap film.