Lihat ke Halaman Asli

Yana Haudy

TERVERIFIKASI

Ghostwriter

Pilu Petani Cabai, Tanaman Dibabat Saat Hendak Untung Berlipat

Diperbarui: 11 Maret 2021   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kenaikan harga cabai (Sumber: money.kompas.com)

Harga cabai rawit merah sekarang sedang tinggi, lebih dari Rp100rb per kilogram. Apakah mahalnya cabai bikin makmur petaninya? Iya, tapi kebanyakan tidak.

Beberapa petani di desa saya dan desa tetangga sedang ketiban buntung. Minggu lalu tanaman cabai di sawah mereka tiba-tiba habis tak bersisa, dibabat sampai hanya tinggal pangkal batang. Padahal mereka baru sekali panen.

Tanaman cabai di sawah dipanen 2 hari sekali. Di sela waktu panen itu ada rampok yang membabat habis tanaman cabai para petani.

Pada waktu semalam saja, di desa saya, ada tiga petak sawah cabai rawit merah yang kerampokan. Di dua desa tetangga, berdasarkan obrolan dari anggota kelompok tani, total ada empat petak sawah yang juga dibabat maling.

Satu petak sawah luasnya sekitar 1000 meter persegi dan dapat ditanami sekitar 1500 pohon cabai. Bila satu pohon menghasilkan total satu kilogram cabai rawit merah, coba hitung sendiri berapa kerugian para petani itu? Sungguh pilu.

Menanam cabai rawit merah di sawah tidak semudah menanam di polybag. Menanam di sawah perlu perlakuan khusus.

Pada setiap sepetak sawah petani butuh 2-3 jenis obat anti hama dan jamur yang dicampur bersama air ke dalam tangki semprot. Obat pada satu tangkinya seharga Rp45rb untuk satu kali penyemprotan. Saya hanya menulis cabai nonorganik, ya, bukan organik yang perawatannya tentu beda.

Petani membutuhkan 15 kali penyemprotan yang berarti Rp45rb dikali 15, yaitu Rp675.000.

Selain obat, pupuk kandang juga diperlukan. Pupuk kandang tidak gratis. Petani harus beli kotoran sapi atau kambing ke para peternak. Normalnya untuk setiap satu pohon perlu 3 kg pupuk kandang.

Lalu yang sama pentingnya, ada biaya upah buruh dan biaya membuat bedengan yang di dalamnya ada biaya beli plastik penutup dan patok bambu juga.

Jadi kalau sawahnya dirampok, jangankan balik modal, malahan si petani bisa berutang untuk modal menanam di sawahnya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline