Lihat ke Halaman Asli

Yana Haudy

TERVERIFIKASI

Ghostwriter

Karantina Pilih Kasih

Diperbarui: 6 Oktober 2020   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

istockphoto

Minggu lalu ada warga dusun kami berkunjung ke rumah kakaknya di desa tetangga yang berjarak enam kilometer.

Si bapak menginap semalam di rumah kakaknya untuk temu kangen karena sang kakak baru saja pulang merantau dari Karawang dan ingin menghabiskan hari tua di kampung halaman.

Sepulang si bapak ke dusun kami, segera ada berita bahwa si bapak sedang diawasi oleh Puskesmas karena berstatus OTG (orang tanpa gejala). 

Sontak ketua RT, yang sangat disayangkan tidak mengecek kebenarannya dahulu, langsung memagari rumah si bapak dengan patok-patok bambu. Saat si bapak ingin ke sawah mengambil sayuran sisa panen, tubuhnya langsung diguyur Wipol oleh ketua RT sampai kuyub. Jelas saja di bapak tidak jadi ke sawah. Hilanglah kesempatan dapat sisa sayuran untuk dimakan.

Si bapak memang orang miskin, sudah jarang melakoni pekerjaan jadi buruh sawah karena sudah tua dan tidak kuat. Jadi sehari-hari hanya kerja serabutan dan kalau ada yang panen dia mengambil sisa panenan untuk dimakan.

Ketua RT mematok sekeliling rumahnya dengan bambu, tanpa akses keluar-masuk. Si bapak dan keluarganya terkurung di rumah. 

Lebih kesal lagi, keluarga si bapak dikarantina paksa tapi tidak diberi pasokan makanan. Kepala dusunpun diam saja, katanya karantina dan pasokan makanan itu diluar kewenangannya. Kadus wedhus!

Dahulu sewaktu anak, menantu, dan cucu Pak "ustadz" mudik dari Jakarta Lebaran lalu, tidak ada yang mempermasalahkan. Jangankan karantina mandiri, malahan serombongan ikut salat ied. Padahal ada spanduk besar di masjid bertuliskan bahwa masjid tidak menerima jamaah dari luar dusun.

Pun demikian ketika anak-anak dan cucu pemilik toko material datang dari Kota Depok dan Tangerang Selatan untuk menikmati libur kenaikan kelas. Tidak satupun dari mereka melakukan karantina mandiri di rumah, padahal datang dari zona merah.

Begitu pun dengan TKI tetangga RT yang pulang dari Malaysia, meski diminta karantina mandiri oleh Puskesmas, tapi orangnya tetap keluyuran dan main kartu tiap malam di pos ronda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline