Tidak boros gimana, wong tadinya sebulan isi kuota cuma Rp100rb, sejak belajar online jadi Rp200rb.
Benar sih, bukan belajar onlinenya yang bikin boros, tapi karena di rumah terus, anak-anak jadi lebih sering main game (yang juga online seperti Free Fire, Mobile Legend, Minecraft, atau Roblox), menggunakan Tiktok, dan nonton YouTube. Belum lagi bapak-ibunya juga makin sering online entah untuk nonton Drakor atau Zoom untuk pekerjaan.
Belajar online paling lama 3-4 jam saja. Atau dibagi dua, pagi 2 jam siang 2 jam. Itupun tidak full online karena ada guru yang memberikan video atau tautan pembelajaran dari Youtube untuk dipelajari. Sejam kemudian baru diberikan tugas lalu dikumpulkan satu jam berikutnya.
Video yang dikirim guru dari WhatsApp tidak makan kuota karena setelah di-download sudah tersimpan di ponsel. Video dari YouTube juga lebih baik didownload lebih dulu sebelum ditonton berulang-ulang, apalagi YouTube Go punya fitur data saver untuk menghemat kuota.
Jika ada video tugas yang harus dikirim, ukuran video bisa dikecilkan lebih dulu. Video awal berukuran 100MB berdurasi 1 menit bisa di-compress menjadi hanya 9MB saja dengan waktu pengompresan tidak lebih dari 3 menit. Jadi kuota yang dibutuhkan untuk mengirim 1 video hanya 9MB.
Duh, mengompres video bisa makan waktu, tidak sempat. Saya kan banyak urusan tidak hanya mengurus belajar online. Ya kalau mau tidak boros harus mau usaha sedikit supaya pengeluaran untuk kuota bisa dikendalikan.
Saya pernah lihat di televisi ada orang tua yang mengatakan anaknya belajar online setiap hari dari pukul 06.15 sampai 13.00. Kalau sesekali mungkin saja tapi kalau tiap hari saya meragukannya. Seorang guru tidak hanya mengajar online, dia juga harus menyiapkan materi pembelajaran, kadang harus hadir di sekolah, baik untuk piket atau hal lain.
Orang dewasa, apalagi anak dan remaja, tidak akan tahan berada dalam kondisi online terus-menerus di depan komputer/laptop/ponsel selama berjam-jam.
Anak-anak SD yang sudah melakukan Zoom atau Google Classroom biasanya sudah lelah dan bosan untuk melakukan yang ke-2 kali setelahnya.
Pun yang SMP dan SMA, banyak orang tua bilang anak mereka langsung tidur lagi selepas berfoto untuk absen di pagi hari.