Di YouTube bisa ditemukan banyak video dengan berbagai visual menarik. Videonya bisa di-download dan ditonton berulang-kali. Lagian sudah lama banget gak nonton TVRI, acaranya jelek-jelek sih.
Karena alasan itu banyak orang tua yang belum menyuruh anak-anak mereka yang masih SD untuk nonton acara belajar di TVRI setiap pagi.
Pun demikian dengan sembilan belas siswa SMP yang saya tanya, belum satupun yang menonton siaran #BelajardariRumah di TVRI tersebut. Selain karena tidak ada kewajiban dari sekolah, PR dari gurupun sudah ada.
Buat apa repot-repot menonton TV? Mending nonton YouTube.
Siaran #BelajardariRumah yang dibuat Kemendikbud ini sungguh bermanfaat untuk pelajar yang kuota internetnya terbatas, tidak punya alat komunikasi untuk menghubungi guru, dan tinggal di daerah yang sinyalnya "mati segan hidup tak mau".
Materi yang dibawakan pada siaran #BelajardariRumah mirip seperti yang ada di aplikasi ruangguru.
Hanya saja pembawa materi perlu melambatkan sedikit ritme bicaranya. Bagi anak-anak TK dan SD kelas 1-3 mereka bicara terlalu cepat. Mungkin saja durasi yang hanya 10 menit untuk tiap kelas tidak memungkinkan pemateri bicara lebih lambat lagi.
Untuk siaran PAUD/TK bahasa yang digunakan pada cerita dongeng dan fabel mestinya memakai Bahasa Indonesia sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), bukan bahasa sehari-hari ala sinetron.
Di sisi lain, siaran ini memang tidak ngaruh bagi siswa yang tinggal di wilayah yang sinyal internetnya kencang atau yang berlangganan internet di rumah. Lagipula sudah lebih dulu ada portal Rumah Belajar, juga dari Kemendikbud, untuk belajar-mengajar guru dan siswa secara daring (dalam jaringan/online).
Bagi anak jaman now yang tumbuh di kota, program ini memang tidak ada apa-apanya, apalagi disiarkan di TVRI, stasiun televisi jadul yang sudah tidak menayangkan Liga Inggris lagi.