Lihat ke Halaman Asli

Pipit, Bidadari dari Indramayu

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13869910151681367817

Pipit (17 tahun), asal Kertasemaya, desa Tulungagung, Indramayu, muncul di pintuku saat aku sedang mencari tenaga untuk menemaniku di rumah, pulang dari rumah sakit. Pertemuan pertama telah menyiratkan reaksi kimia begitu mutual, sehingga hari-hari kami selanjutnya begitu meriah diisi keindahan seorang Pipit. Ia tak melanjutkan SMA setelah selesai SMP (dimana ia selalu ranking satu) untuk memberi jalan abangnya yang di SMA (tak kurang berprestasinya, sehingga sering dibantu Kepala Sekolah dalam hal pembiayaan). Ayah Pipit sudah lama tak bisa bekerja sebagai pemasak saat hajatan; paru-paru dilumuri asap terlalu lama sehingga tak sehat lagi. Ibunya di hari-hari beruntung mencuci pakaian tetangga, di sisa hari lain terpaksa keliling mengamen. Rapor Pipit mencengangkanku, kecepatan ia menyerap semua instruksi dan pelajaran membuatku terkesan. Acara teve Arirang, Opera Van Java, program memasak dan jalan-jalan di luar negeri jadi kegemarannya. Waktu senggangnya dibuat browsing internet. Saat membaca suara2 keluar dari Pipit, tak bisa membaca dalam sunyi. "Baca apa Pit", tanyaku dari kamar. "Kisah para nabi, bu". Suatu hari ia bereaksi kagum lebih nyaring: "Bu, ada foto stasiun Kertasemaya dekat kampung Pipit. Lihat mesjid besar, Jami' Al A'Dhom itu bu? Lorong ke kanan sesudah tembok itu ke arah kampung Pipit". @@@ Mulai bulan ini Pipit tercatat sebagai pelajar pengejar Paket C (SMA) di Tebet Dalam. Di samping itu ia mengantongi ketrampilan lain: memotret, membuat kue, memasak..... Ia rajin membaca buku resep - memang cita-citanya ingin jadi koki terkenal. Baru-baru ini ia kuajari membuat stew, masakan Eropa berupa ayam yang kuahnya dikentalkan seperti cream sup. Ia bercerita tentang percakapannya dengan maknya di kampung bahwa ia sudah bisa memasak stew. "Apa itu stu" tanya ibunya. "Itu mak, ayam dimasak seperti opor tapi bukan opor"... Hehehehe aku terhibur mendengar analoginya, walaupun selain berbahan sama2 ayam (yang dimasak stew ayam soale), aku tak melihat kemiripan stew dengan opor. Bagaimana menulis stew? tanyaku. "S T O E" jawabnya yakin. hihihi.... @@@ Hari ini -setelah percobaan minggu lalu gagal, dan menghasilkan bundaran gepeng- Pipit berhasil membuat kue sus. Tak banyak kutuntun, memang bakat dan kecerdasannya luar biasa. Tak henti-hentinya ia tertawa cekikikan mengagumi hasil karyanya sendiri. Sebentar-bentar pintu oven diintipnya sambil mengeluarkan bebunyian: Waaah, woooow, aaaah. Agaknya takjub ia karena bisa menciptakan magic : "Kok bisa gembung begitu ya bu?" Aaah, indah sekali melihat dunia dari kacamata Pipit. Pipit suka memfoto. Setiap sore, ia pergi ke depan jendela dan melaporkan kepadaku, "bu, langitnya bagus bu. Pipit potret ya?". Intuisinya dalam men-frame objeknya, mengambil sudut, membuatku semakin ber-wow-wow, bersyukur dikirimi seorang Pipit. Barusan kutunjukkan tulisan ini kepadanya: "Ah, Ibuuu...." Pipit lalu menyembunyikan mukanya di tangan sambil tertawa malu. Tak lama ia duduk depan komputer dan mulai membaca sambil senyum2. Ah, Pipit. Lucu banget

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline