Sentani -- Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) ke-VI tahun 2022 tetap akan dilaksanakan, walaupun sebagian publik melalui Media Sosial (Medsos) beropini ingin membatalkan, bahkan ada yang mengatakan penempatan kampung serasehan tidak merata, dan terkesan kampung lain di anaktirikan.
"KMAN tetap akan berlangsung, sebab itu menjadi agenda secara nasional, agenda masyarakat adat secara nasional dan ini bukan sesuatu yang baru. Tetapi ini yang ke enam,berarti sudah dua puluh lima tahun kongres seperti ini dilakukan, dan kita berterima kasih kita dipilih menjadi tempat penyelenggaraan itu," ujar Kepala Bagian Pemerintahan Adat dan Kampung Adat Setda Kabupaten Jayapura, Steven Ohee, S.IP kepada media ini di Sentani, kemarin.
Menurutnya, sebagai masyarakat yang beradat dan berbudaya maka KMAN ini adalah merupakan ruang dimana masyarakat adat bisa menampilkan khazanah budaya bangsa di Kabupaten Jayapura. Secara nasional bahkan internasional akan melihat bahwa ternayata budaya di Papua pada umumnya dan khususnya budaya di Tanah Tabi.
"Jadi kalau ada nada-nada yang mengatakan tidak usah melaksanakan KMAN, kami sangat menyangkan. KMAN bukan milik satu dua orang, tetapi untuk seluruh masyarakat di Kabupaten Jayapura. Kalau kita melihat representasi masyarakat yang menghendaki supaya pelaksanaan KMAN dilakukan itu sangat banyak. Hal ini bisa terlihat dari keterlibatan masyarakat di wilayah pembangunan 3, wilayah pembangunan 4 yang sedang mempersiapkan diri untuk menampilkan budaya di ajang KMAN," jelasnya.
Dirinya juga menyebut bahwa, ada pihak dimendsos yang menanyakan kenapa hanya kampung-kampung itu saja, kenapa Ondo-Ondo itu saja, sedangkan yang lain di anak tirikan. Tidak ada yang menganak tirikan Ondo-Ondo dan kampung-kampung tetapi pembagian itu terjadi ada unsur pemerataan wilayah khususnya di danau, mulai dari timur, tengah sampai barat.
"Di timur 3 kampung, di tengah 4 kampung, di barat 3 kampung. Kenapa di tengah dapat 4 kampung karena banyak kampung. Hal lainya juga bahwa ada pemerataan-pemerataan dalam sub-sub budaya, sub-sub kesatuan masyarakat adat seperti kita di timur, kalau sudah ada Ayapo tidak bisa Harapan atau Asei atau Kleublou karena kita semua heram. Begitu juga di Yokiwa dengan Puai itu subnya sendiri. Demikian juga Nendali yang subnya ke Babrongko dan Yoboi," pungkasnya.
Mantan Kepala Distrik Sentani Timur ini mengharapkan, agar dengan adanya penjelasan darinya dapat memberi pencerahan kepada publik Jayapura terutama para pengguna media sosial untuk tidak lagi membangun opini yang tidak benar, namun hendaknya bersatu sebagai anak-anak adat untuk sukseskan KMAN VI tahun 2022.(YFT)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H