Hidup di daerah dengan tingkat literasi yang rendah membawa tantangan tersendiri. Salah satu yang paling jelas adalah kita memiliki kesulitan untuk menemukan penulis hebat dari daerah kita sendiri. Sebenarnya bukan karena tidak ada, tapi karena minat baca yang rendah membuat media massa pun enggan untuk mempopulerkannya.
Hal ini memang memunculkan tantangan besar, selain kita harus sering menerima ejekan sebagai orang yang kutu buku, tapi juga kita kesulitan untuk mencari guru secara langsung. Orang dengan kesenangan pada literasi yang berada pada masyarakat seperti ini, cenderung mendapat ejekan karena kelihatan spesial, padahal di daerah dengan literasi tinggi adalah suatu hal biasa kalau bertemu dengan orang yang membawa buku.
Sementara di daerah dengan literasi rendah, orang seperti itu akan mendapat cemooh. Satu-satunya yang bisa dilakukan oleh orang yang ingin terus belajar di tengah masyarakat dengan literasi rendah adalah berguru melalui tulisan. Kita bisa mencari buku hebat dengan mencari di internet.
Biasanya di kanal google misalnya kita akan menemukan dengan mudah daftar buku-buku penting yang pernah dibaca banyak orang. Ukurannya adalah bahwa orang-orang sukses di dunia ini memberi rujukan ke buku-buku itu.
100 books to read before you die misalnya, daftar buku-buku fenomenal yang ditulis oleh para filsuf mulai dari kuno sampai modern, lalu tokoh-tokoh sastra dan para peraih nobel di bidang lainnya. Daftar seperti ini berguna untuk orang-orang yang kebingungan untuk mencari tulisan yang berkualitas.
Cara berguru lewat tulisan sudah menjadi hal yang biasa, tidak perlu sampai ke hal-hal yang berbau literasi. Bahkan sampai ke hal-hal yang tidak ada sangkut paut dengan sastra juga, seperti bisnis misalnya kita bisa melihat para pemimpin perusahan besar selalu membiasakan untuk berguru lewat tulisan.
Bill Gates, pemimpin perusahan Microsoft yang terkenal itu, biasa membaca satu buku per minggu. Orang-orang seperti itu biasanya melihat buku sebagai sumber inspirasi, karena buku yang memaparkan pendapat terbaru mengenai konteks masa kini. Tentu ada standar yang perlu diperhatikan seperti buku yang terbit 10 tahun terakhir. Menariknya, mereka ini tidak berguru melalui orangnya langsung, tapi hanya melalui tulisan.
Gabriel Garcia Marquez, seorang penulis Amerika Latin yang terkenal itu juga mencurahkan pengalamannya dengan salah guru yang berpengaruh baginya. Dalam buku Menulis itu Indah, sebuah kumpulan tulisan yang berisi catatan pengalaman para penulis besar dunia, Marquez bercerita tentang perjumpaannya dengan Ernest Hemingway. Bagi yang belum tahu, Hemingway ini adalah penulis buku yang pernah meraih anugerah nobel sastra.
Marquez bercerita pengalamannya dengan gurunya itu hanya waktu suatu sore di Paris. Saat itu ia sementara melihat Hemingway melihat di seberang caf yang ia duduki. Ia bingung harus berbuat apa dan tanpa ingin merusak momen itu sebab sebelumnya ia sudah banyak belajar dari tulisan-tulisan Hemingway. Dengan gaya seperti tarzan, Marquez kemudian hanya berteriak dari dari luar caf, "Maestrooo" yang artinya Guru. Hemingway yang mendengar itu, hanya menengok dan mengangkat tangan kanan dan berteriak, "Adios, Amigo !" yang artinya "Selamat Jalan Sobat".
Marquez tidak pernah berguru langsung, ia hanya belajar banyak hal dari tulisan gurunya itu seperti teknik memainkan kalimat menarik sampai bagaiman membuat pembaca terbius dengan tulisannya.