Doa ibu saya lebih luas daripada langit. Dimanapun saya berada, saya berteduh di bawahnya.
-Aan Mansyur
Aku, Ibu, dan Buku dalam Ayat-Ayat Cinta
Ternyata aku memiliki cerita yang cukup menarik dengan ibu tentang buku. Aku dan ibu sama-sama suka membaca buku. Aku baru tahu kalau ibu suka membaca saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu kakak pertamaku berusia sekitar 17 atau 18 tahun, masih sekolah SMK.
Suatu ketika, tiba-tiba di kamar ibu ada sebuah novel berjudul "Ayat-Ayat Cinta", karya Kang Abik. Ternyata novel itu adalah hasil pinjam dari perpustakaan sekolah kakakku. Mungkin karena didorong oleh rasa penasaran yang tinggi, aku ingin membaca novel tersebut. Tapi kata ibuku, aku belum boleh membaca novel tersebut. Aku tidak bertanya alasan ibu belum membolehkanku untuk membaca novel itu. Kusimpan rasa ingin tahu itu sampai aku menempuh pendidikan madrasah aliyah. Kami suka membaca tetapi, uang kami belum cukup jika harus membeli buku-buku bacaan lainnya.
Ketika aku sudah menginjak kelas satu aliyah, rasa penasaranku tentang buku berjudul Ayat-Ayat Cinta itu terjawab sudah. Aku meminjamnya sendiri di perpustakaan sekolahku buku yang belum sempat kubaca pada waktu aku sekolah dasar dulu. Aku lupa bagaimana rasanya saat membaca buku itu dahulu, tapi aku selalu ingat bahwa ini adalah buku kenangan dengan ibuku. Meskipun aku baru sempat membacanya ketika aliyah, aku tidak pernah menyesal dan tidak pernah menganggap bahwa aku telat baru bisa membacanya saat itu.
Kemudian di tahun selanjutnya, kira-kira tahun 2015 kalau tidak salah. Kang Abik menulis Ayat-Ayat Cinta 2. Aku tidak tahu cerita itu sudah berwujud menjadi sebuah buku atau belum saat itu. Aku dan ibu hanya tahu kalua cerita Ayat-Ayat Cinta 2 itu termuat di koran Republika, berwujud cerita bersambung. Jangan kira ibuku berlangganan koran Republika itu. Koran Republika itu berasal dari temannya yang berlangganan koran tersebut.
Kenapa sampai bisa koran itu berada di tangan ibuku. Begini ceritanya. Ibuku bekerja sebagai penjual kue. Untuk menghemat biaya yang digunakan membeli kertas bungkus, maka ibuku meminta koran bekas milik temannya dan digunakan sebagai alas kue. Tetapi, sebelum menggunakannya sebagai alas kue, ibuku akan melihat terlebih dahulu apa isi bacaan di koran tersebut.
Jika ada bacaan yang menarik dan bisa menambah wawasan baru, ibuku tidak akan menggunakannya sebagai alas kue. Ibuku akan menyimpannya untuk ditunjukkan padauk dan digunakan sebagai bahan bacaan. Karena sampai saat itu kami belum mampu untuk membeli buku-buku bacaan yang ada di took buku. Sampai suatu saat ibuku menemukan ada cerbung tentang Ayat-Ayat Cinta 2 di koran Republika itu.
Aku masih ingat sekali, betapa antusiasnya aku ketika ibu memberitahukan kepadaku tentang cerbung itu. Kami selalu membaca cerbung yang kami dapat itu walaupun kadang ada beberapa episode yang terlewat. Maklum, karena koran itu juga bukan langganan kami. Aku dan ibu sudah sangat bersyukur jika mendapat korat republika itu, karena akan ada sambungan ceritanya. Aku masih ingat, saking antusianya dengan dengan cerita itu, setelah selesai membaca, aku akan menggunting bagian cerbung Ayat-Ayat Cinta 2 itu dan kujadikan satu.
Sekarang, ketika aku sudah bisa membeli satu atau dua buku. Ibuku ternyata pergi mendahuluiku. Ibuku belum sempat membaca buku-buku yang kubeli. Tak ada lagi teman membacaku. Tak ada lagi teman berceritaku tentang buku. Karena sekarang aku sendiri yang merawat buku-buku itu. Terima kasih ibu, karena telah mengenalkanku pada sebuah bacaan. Karenamu, meskipun sendiri aku masih memiliki buku sebagai temanku.