Lihat ke Halaman Asli

Hampir Patah

Diperbarui: 23 Agustus 2020   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Rinai itu kembali menetes. Membasahi tanah gersang di hadapku, juga kerasnya hati yang mulai tak tersentuh. Sudah hampir runtuh. Juga pernah hampir gugur.

Malam ini aku masih sendiri. Menghirup aroma tanah bekas hujan. Mencoba meresapi segala takdir. Mencoba menerima segala kehendak. Di antara banyak bintang yang menemani, selalu senyummu menjadi teman setiaku. Di bawah sinar rembulan yang teduh, selalu bayangmu yang menjadi akar kekuatanku tuk menghadapi lika-liku.

Sejak hari itu, segalanya telah berubah. Aku menjadi lebih pandai bermain peran. Menyunggingkan senyum di balik tangisku. Menamppakkan binar bahagia di atas sedihku. 

Dan sejak hari itu pula, aku harus sadar, aku boleh menangis tapi tidak boleh runtuh. Tak apa aku bersedih, tapi tidak untuk selamanya. Juga boleh aku lelah, tapi tidak untuk patah. Karena masih ada banyak hati yang harus dibahagiakan.

Salam rindu.

Nurul Yamsy.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline