Lihat ke Halaman Asli

Mengupas Rintik - Rintik Dalam Novel Hujan Karya Tere Liye

Diperbarui: 27 Februari 2018   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hujan, merupakan sebuah judul novel popular yang dikarang oleh penulis yang terkenal dengan nama Tere Liye. Penulis ini telah menulis beberapa novel yang memiliki cerita yang sangat menarik buat para pembacanya. Novel karya Tere liye sudah tidak asing lagi buat para penikmat karya sastra khususnya sastra novel. Hujan adalah salah satu karyanya yang lumayan disukai banyak orang karena ceritanya sedikit susah untuk ditebak oleh para pembacanya. Adapun bagian terpenting yang terkandung dalam novel ini sehingga mampu menyihir pembaca diantaranya:

Tema dari novel ini yaitu Perjuangan seorang gadis untuk melupakan hujan hal ini dapat dibuktikan oleh kutipan teks, " Aku ingin melupakan hujan.".Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan bahwasannya novel ini menceritakannya umumnya tentang kisah seorang gadis yang sangat menyukai hujan. Beberapa peristiwa penting yang dia alami bertepatan dengan turunnya hujan. Namun, ada suatu peristiwa yang menyebabkan dirinya sakit hati, yang tidak bisa lagi termaafkan. Sejak saat itu dia ingin melupakan semua kenangan itu. Dia ingin melupakan hujan.

Dari segi alur atau plot. Novel Hujanmenggunakan alur campuran hal ini dapat dilihat dari dua kutipan kalimat.

"Saat itu Lail sedang menatap layar televisi yang kembali memunculkan animasi". (Hal-20)

Penggalang kalimat merupakan satu contoh dari alur mundur. Kutipan di atas menandakan bahwa Lail menceritakan kepada Elijah tentang peristiwa penting yang terjadi pada diri lail saat itu. Adapun contoh kalimat yang menandakan alur maju terdapat pada penggalang kalimat

 "Usia Lail sudah menginjak enam belas tahun, latihan fisik yang berat oleh mariner membuat tubuhnya bekembang cepat."(Hal-91)

 Dari penggalang novel di atas menggambarkan usia Lail dimana Lail sudah beranjak beberapa tahun setelah bencana Gunung Purba. Dapat kita simpulkan bahwasannya cerita ini dimulai ketika Lail menceritakan kehidupan masa lalunya ketika terkena bencana Gunung Purba. Lika-liku kehidupannya dimulai saat itu, Lail kehilangan orang tuanya, dia harus menjalani kehidupannya tanpa kehadiran orang tuanya. Sampai akhirnya diumur ke-21 tahun, Lail berencana ingin menghapus ingatan yang menyakitkkan dalam hidupnya.

Lail merupakan tokoh utama dalam cerita di dalam novel Hujanini, Lail merupakan seorang gadis yatim piatu ketika bencana melanda kotanya. Lail digambarkan sebagai gadis yang memiliki jiwa sosial dan penolong, ini dibuktikan dengan kutipan kalimat dalam novel.

"Kami akan ke sana memberi peringatan," Maryam berkata mantap. "Bagaimana kamu akan tiba disana?." Komandan bertanya. "Berlari secepat mungkin" Kali ini Lail yang menjawab. "Aku tahu kalian adalah pemegang rekor tercepat tes rintang alam, tapi berlari lima puluh kilometer di tengah hujan badai, di lembah terisolasi adalah gila!" (Hal-148)  

Dalam kalimat ini dapat kita pahami bahwa Lail rela berkorban demi keselamatan masyarakat dari jebolnya bendungan di kota itu. Lail dengan semangat mengarungi perjalanan sejauh 80 kilometer di tengah badai yang begitu menakutkan. Namun, dibalik sifatnya yang penolong, Lail juga memiliki sifat cemburuan. Ini dibuktikan oleh penggalang kalimat.

"Di meja makan, Claudia duduk disebelah Esok, sedangkan lail jauh di seberangnya. Sepanjang makan siang, Lail hanya menatap Claudia yang banyak bicara, tertawa akrab dengan Esok. Ini berbeda dibandingkan saat lail naik sepeda merah, mengelilingi kota bersama Esok. Seluruh perhatian Esok jadi miliknya. Sekarang Lail merasa orang asing di meja itu. Tidak ada yang mengajaknya bicara.(Hal-245 )

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline