Berita tentang apa dan bagaimana DNS Nawala dapat dengan mudah anda temukan di belantara internet. Jika anda menggunakan mesin pencari Google maka dengan mudah anda akan menemukan setidaknya 600 artikel dalam 60 laman. Sebagian besar memberitakan kehadiran DNS Nawala dan cara penggunaannya. Beberapa lainnya hanya menempatkan sebagai penanda (tag). Sedikit mencengangkan dari pencarian tersebut, DNS Nawala didapati pada beberapa situs yang justru menjadi target hadangan DNS Nawala. Jika ditelusuri lebih lanjut mungkin sudah menjadi bahasan dalam forum-forum yang menjadi bagian dari situs-situs tersebut. Sayangnya dari sekian banyak cerita pro dan kontra DNS Nawala mungkin belum ada yang secara jelas membahas mengapa DNS Nawala sebaiknya menjadi pilihan para pengguna internet untuk akses kandungan internet yang bersih, aman dan nyaman. Tulisan ini mencoba membahasnya.
Penapisan DNS Sebagai Pilihan
Dari sekian banyak sistem penyaringan kandungan internet, salah satu yang cukup populer adalah Penapisan DNS (DNS filtering). Dari sisi pengguna ia populer karena kemudahan penggunaan, unjuk kerja yang sangkil, kekinian, dan tidak berbayar; sementara dari sisi pengelola dapat disebutkan antara lain, tidak membutuhkan sumber daya yang besar, teknologi yang tidak rumit, dan dukungan/keterlibatan dari penggunanya sendiri, serta penerapannya pada skala masif. Faktor-faktor yang menggiring popularitas tersebut tidak semuanya ditemui pada sistem penapisan lainnya. Misalnya sistem X yang cukup sangkil namun harus berbayar, sistem Y yang mudah penggunaannya tapi membutuhkan sumber daya luar biasa, atau sistem Z yang tidak berbayar tapi merepotkan dst. Di balik popularitas itu juga muncul sedikit kekurangan, yaitu hanya dapat melakukan hadangan pada aras domain tidak pada aras url (uniform resource locator). Sehingga suatu kandungan negatif dari situs yang tidak termasuk dalam daftar hadangan akan tetap bisa diakses, misalnya saja laman yang berbau SARA pada situs jaringan pertemanan Facebook. Kekurangan itu diantisipasi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberitahu pengelola situs tentang laman tersebut. Cara lainnya adalah melakukan pengembangan lanjutan sistem penapisan hingga mampu melakukan hadangan pada aras url.
Perbedaan DNS Nawala dan Sistem Penapisan DNS Sejenis
DNS Nawala bukanlah satu-satunya layanan Penapisan DNS yang tersedia secara cuma-cuma. Selain DNS Nawala setidaknya ada 2 (dua) layanan sejenis yang juga populer, yaitu OpenDNS dan ScrubIT. OpenDNS yang mulai beroperasi bulan Juli 2006 lebih dikenal di Indonesia dibandingkan ScrubIT yang beroperasi setahun kemudian. OpenDNS pula yang mengilhami pengagas DNS Nawala menyediakan layanan sejenis di Indonesia. Jadi tidak berlebihan kalau pada awalnya DNS Nawala sering saya sebut OpenDNS citarasa Indonesia. Citarasa ini pula yang membedakan bagaimana prosedur penggunaannya. Perbedaan antara DNS Nawala dan OpenDNS ditampilkan pada tabel di bawah ini Penjelasan tabel:
- Pada tabel di atas terlihat jelas perbedaan antara masing-masing layanan Penapisan DNS. Misalnya saja untuk kemudahan penggunaan. DNS Nawala tidak mengharuskan pengguna melakukan registrasi; sedangkan OpenDNS mewajibkan proses registrasi. Pada DNS Nawala cukup merubah alamat DNS Server menjadi 180.131.144.144 dan/atau 180.131.145.145. Lebih cepat dan langsung dapat digunakan. (DNS Nawala 2 : OpenDNS 1)
- Registrasi pada OpenDNS diwajibkan agar pengguna dapat melakukan pengaturan pada account yang dimilikinya, dengan demikian kategori apa saja yang harus dihadang dapat ditetapkan sendiri oleh pengguna. Proses ini ditiadakan pada DNS Nawala karena dari awal sudah ditetapkan bahwa DNS Nawala akan berfungsi menapis situs-situs yang berkandungan negatif seperti pornografi, perjudian, malware, phising (penyesatan) dan proxy juga SARA. Kesemua kategori pada DNS Nawala berjalan secara default pada saat digunakan. (DNS Nawala 2 : OpenDNS 1)
- Pembagian kategori pada DNS Nawala dibuat sesedehana mungkin namun sangkil dan mangkus, yaitu 6 kategori seperti yang telah disebutkan di atas. Jumlah ini hanya berkisar 11% dari kategori yang digunakan OpenDNS yaitu 55 kategori. Pembagian kategori OpenDNS yang sedemikian besar terasa merepotkan dan juga membingungkan bagi pengguna pemula. Kerepotan itu muncul ketika kita akan memilih kategori yang sesuai. Sebagai contoh untuk 1 kategori (pornografi) pada DNS Nawala “diwakili” oleh 5 kategori pada OpenDNS. Dilihat membingungkan karena fungsi Penapisan DNS adalah untuk kandungan negatif (blacklist), namun kategori meluas sampai pada kategori whitelist. (DNS Nawala 2 : OpenDNS 1)
- Proses pelaporan situs pada DNS Nawala dapat dilakukan melalui situs DNS Nawala secara langsung tanpa harus melakukan registrasi. Pelapor hanya diwajibkan mengisi beberapa kolom data yang selanjutnya akan terekam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelapor. Jika pelaporan hanya satu situs saja, cara yang diterapkan DNS Nawala tidak merepotkan. Tetapi jika sudah melakukan pelaporan dalam jumlah banyak baru akan terasa merepotkan. Hal ini tidak terjadi pada OpenDNS. Meskipun mewajibkan registrasi, selanjutnya proses pelaporan (submitted domain) justru lebih sederhana dan dapat dilakukan sekaligus untuk banyak situs. Kelebihan dari OpenDNS yang mampu menerima pelaporan berganda (multiple submitted) juga akan diadaptasi dalam DNS Nawala demi kenyamanan pengguna dan/atau pelapor. (DNS Nawala 1 : OpenDNS 2)
- Tanggapan dari situs yang dilaporkan berjalan sangat cepat pada DNS Nawala. Waktu maksimum tanggapan adalah 1 x 12 jam untuk situs yang termasuk kategori pornografi, perjudian, malware, phising dan proxy. Untuk kategori SARA akan melalui proses pertimbangan dengan melibatkan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan lebih mendalam terkait kategori tersebut. Sedangkan pada OpenDNS, tanggapan pelaporan dilakukan melalui proses pilihan (voting) dan/atau langsung disetujui oleh moderator/admin jika sudah ada dalam database. Tidak diketahui berapa banyak pemilih yang dibutuhkan untuk menyetujui situs yang dilaporkan, karena salah satu situs yang masuk kategori pornografi pada DNS Nawala masih “menggantung” statusnya pada OpenDNS setelah dilaporkan 2 tahun lalu! Beberapa hari lalu saya juga melakukan pelaporan situs yang termasuk kategori pornografi pada database DNS Nawala, namun sampai saat tulisan ini dibuat tidak satu orangpun melakukan pilihan atas situs yang saya laporkan dan belum juga mendapat persetujuan dari moderator/admin OpenDNS. Sigh! (DNS Nawala 2 : OpenDNS 1)
- Pelacakan status situs bermanfaat untuk mengetahui apakah ada situs yang salah dalam pengkategorian ataupun untuk melihat apakah suatu situs sudah masuk dalam daftar hadangan. Pada OpenDNS, pelacakan situs berjalan sangat baik, dan menyatu dengan pelaporan salah kategori. Fungsi pelacakan pada DNS Nawala sementara berdasarkan pertimbangan tertentu dinon-aktifkan; sementara fungsi pelaporan salah pengkategorian tetap tersedia. (DNS Nawala 1 : OpenDNS 2)
- Kesalahan dalam pengetikan nama situs (domain) yang dapat menyesatkan pengguna ke situs-situs palsu dapat dihindari dengan adanya fitur Typo Correction pada OpenDNS. Fitur serupa juga disediakan pada DNS Nawala, namun dinon-aktifkan sementara waktu karena pertimbangan tertentu pula. (DNS Nawala 1 : OpenDNS 2)
Penjelasan -- termasuk scoring -- yang saya berikan di atas mungkin terkesan subjektif, meskipun saya berpijak pada keduanya: tercatat sebagai pengguna OpenDNS selain sebagai salah seorang penggagas DNS Nawala. Tetapi paling tidak itulah gambaran umum dari pengguna internet di Indonesia yang lebih membutuhkan sistem penapisan praktis dan tidak berbelit-belit. Gambaran umum yang kami terima dari masukan pengguna; baik secara langsung dalam proses sosialisasi atau kasus insidentil, maupun secara tidak langsung melalui berbagai jalur pelaporan (telepon, sms, e-mail, messenger dan aplikasi pada situs).
Pilihan Saya (semoga) Akan Menjadi Pilihan Anda
Keputusan saya untuk memilih DNS Nawala sebagai sistem penapisan kandungan negatif internet didasari objektifitas semata. Salah satu yang mendasarinya adalah kesesuaian DNS Nawala dengan kebutuhan sebagian besar pengguna internet di Indonesia. Kebutuhan dari mereka yang selama ini terposisikan sebagai silent majority, yang hanya bisa diam tanpa memiliki akses untuk ikut urun rembug menentukan bagaimana sebaiknya memperlakukan kandungan negatif di internet. Mereka yang khawatir tentang pengaruh kandungan negatif di internet namun tidak dapat hadir dalam seminar - diskusi - pelatihan terkait kandungan internet yang positif. Mereka yang pernah atau sering mendapati anak mereka mengakses situs yang berkandungan negatif tanpa pernah tahu harus bagaimana bersikap. Mereka dan jutaan lagi mereka yang harus berhadapan dengan teknologi internet tanpa pernah tahu bahwa mereka memegang pedang bermata dua. Saya tidak pernah tahu anda masuk kategori pengguna internet yang seperti apa? Apa yang anda sudah lakukan dalam menghambat akses ke situs berkandungan negatif? Tetapi saya selalu berharap bahwa anda akan bersama saya dan banyak pengguna internet lainnya dari Islandia sampai Kepulauan Palau dalam menentukan sikap menghadapi kandungan negatif internet: menggunakan DNS Nawala! tabik, Yamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H