Lihat ke Halaman Asli

Munir Sara

TERVERIFIKASI

Yakin Usaha Sampai

'Rawon' di Pilkada DKI

Diperbarui: 20 Agustus 2024   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Fajar-pic)

Pertama kali saya makan Rawon itu di Wonocolo, bersama kawan Farhan Suhada, Ketua Umum HMI Kupang. Tak jauh dari IAIN, atau sekarang UIN Sunan Ampel, Surabaya. Persis di samping kantor Badko HMI Jawa Timur

Di tahun 2003, saya pernah tinggal di kantor Badko HMI Jatim hampir sebulan. Itu karena jadwal advance training HMI ditunda. Dari pada pulang ke Kupang makan ongkos, lebih baik ngetem saja di kantor Badko HMI. Sebulan pun tak apa

Sejak itu, hampir tiap hari, bolak balik makan Rawon. Sesekali saya ganti tempe penyet, tapi lebih banyak makan Rawon. Entah beli sendiri atau ditraktir para senior-senior HMI

Di Jalan Tebet Timur Dalam Raya-Jaksel juga ada Rawon yang sadap. Adanya di Warung Surabaya. Tak jauh dari Wisma Nusa Tenggara Timur.

Seenak-enaknya Rawon di Tebet-Jaksel, tetap lebih enak Rawon di Wonocolo-Surabaya. Karena makan Rawonnya di tempat asal muasal Rawon.

Ciri khas Rawon itu ada pada kuahnya yang hitam dan gurih. Itu karena bahannya dari kluwek. Kluwek ini yang bikin Rawon gurih, meski tanpa MSG alias micin.

Berbeda dengan Rawon di Tebet, yang rasa kluweknya tak seberani Rawon di Wonocolo yang kuahnya item pekat dan gurih. Kalau mau makan Rawon yang asli, sebaiknya di Wonocolo saja atau tempat lainnya di Surabaya.

Waktu nimbrung Kongres HMI di Surabaya 2020, saya makan Rawon Kalkulator di Jalan Darmo. Rasanya ori seperti Rawon Wonocolo.

Tapi katanya Rawon Pak Pangat Wonokromo di Jalan Ketintang Baru juga sedap. Intinya masih di Surabaya juga. Beda dengan Rawon di Tebet, meski nama Warungnya Surabaya

Taste kuliner itu bukan cuma soal rasa, tapi soal nuansa, suasana atau tempat. Sudah Rawonnya enak, makannya di Surabaya pula. Terkadang rasanya biasa, tapi karena suasana yang ciamik, bikin harga mahal

Rawon itu ya dari Jawa Timur. Saat saya cari di google, konon nama aslinya itu "Rarawwan." Ada sejak zaman Majapahit (901 M). Tertulis dalam prasasti Taji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline