Lihat ke Halaman Asli

Munir Sara

TERVERIFIKASI

Yakin Usaha Sampai

Shopping Dulu Baru Lebaran

Diperbarui: 25 April 2021   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber : save.id)

Persis pagi buta, ayam pun belum hengkang dari dahan (25/4), laman Warta Ekonomi merilis omongan menteri keuangan, yang isinya begini, "sebelum lebaran ke mall dulu, shopping dulu. Lebaran nanti beli baju baru, biar kala zoom dengan sanak famili, bisa senang sentosa."

Lalu perkara setelah itu jadi blangsak, urusan kemudian. Kalau ini bukan dari Menkeu, tapi dugaan saya saja.

Segala upaya dan bujuk rayu dituangkan, agar rakyat tergoda belanja. Pemerintah kok tak ubahnya seperti sosok SPG Shopee COD? Sampai-sampai bikin HARBOLNAS = hari belanja online nasional.

Niat amat sih? Duit-duit siapa, yang keukeuh suru belanja juga siapa? Yang bicara sih enak, sejak brojol sudah pakai sepatu mentereng.

Tak cukup disitu, para Unicorn yang rata-rata pemilik saham mayoritas bukan orang RI tulen, distimulasi Ongkir gratis Rp.500 miliar. Sudah pasti dari APBN.

Tempo sebelumnya, omongan menteri perdagangan tentang predatory pricing hingga tukang papalele di Tanah Abang sana terkaing-kaing juga peduli apa? Kesannya omong A bikin B besoknya.

Apa tak kira-kira dulu, baru bu menteri keuangan omong begitu? Dikiranya BLT Rp.600 ribu atau PKH Rp.250 ribu per keluarga, sudah cukup untuk wara wiri shopping ke mall atau ke kota untuk ukuran rakyat kecil yang kini tertekan sampai gepeng saja yang belum.

Sekali dia ke mall, buat ngojek atau ongkos ke kota saja sudah tekor. Boro-boro beli baju. Belum buat makan, sekolah anak dan tetek bengek.

Belum tentu cuma beli satu atau dua potong baju baru untuk anak. Bagaimana kalau bini pun turut rewel? Apa tidak berabe? Belum paket data untuk zoom kelak.

Di kampung saya, pelosok NTT sana, untuk belanja baju baru, mesti nyebrang laut 3-4 jam dengan ongkos kapal pulang-pergi Rp.100 ribu. Belum makan minum sepanjang jalan. Terkecuali sepanjang jalan mingkem saja.

Di tengah-tengah kondisi rakyat kecil yang kepepet, masih dikompori belanja juga. Memangnya beli pakai daun? Tentu kita mafhum adanya, konsumsi rumah tangga (household consumption), adalah engine of growth ekonomi. Kontribusinya di atas 50% of GDP/PDB.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline