Lihat ke Halaman Asli

Munir Sara

TERVERIFIKASI

Yakin Usaha Sampai

Arogansi Politik Iblis

Diperbarui: 8 Desember 2020   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: medium.com/@maisalombu)

Setelah saya renung-renung bil hikmah terhadap QS Al Kahfi: 50, sampailah saya pada satu pemahaman. Dan sungguh luar biasa Al quran mendeskripsi.

Iblis yang songong itu, mestinya tak patut menginterupsi otoritas Allah. Apalagi sampai membangkang. Kala manusia di-declare sebagai pemimpin di bumi.

Malaikat pernah interupsi, tapi Allah menjelaskan padanya, bahwa ilmumu masih cetek. Masih seuprit. Malaikat sadar akan kapasitas. Ilmu Allah tak terhingga. Akhirnya legowo. Manut.

Apa yang diterangkan dalam Al quran ini lebih pada pembangkangan politik. Kalimat pada ayat yang berbunyi "afattakhidzuunahu wadzuriatahu aulia'a menduni," menunjukan manuver politik kekuasaan Iblis.

Karena iblis enggan dipimpin oleh manusia, sebagai makhluk yang mendapat transfer kewenangan dari Allah sebagai pemimpin di bumi.

Ingat ya, transfer kewenangan itu bukan tanpa alasan. Otoritas kekhalifahan diberikan, atas dasar verifikasi ilmu pengetahuan. Malaikat dan iblis ga punya poin-poin yang verified sebagai khalifah filardh.

Maka atas standar yang qualified, manusia di-declare Allah sebagai pemimpin/khalifah filardh. Iblis emoh atas keputusan ini. Lalu membangkang.

Lagi-lagi persoalannya adalah terkait kekuasaan. Soal authority. Politik kekuasaan dan pembangkangan pertama terjadi sejak manusia ada.

Bisa jadi ini peristiwa meritokrasi pertama kali. Karena suatu kepemimpinan, diserahkan pada yang berilmu pengetahuan. Eligible secara ilmu pengetahuan. Sebagai mana transfer of authority Allah kepada Adam as sebagai khalifah filardh.

@by Munir




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline