Berapa banyak orang tua, memberi nama anaknya biar tampak kuat dan gagah-perkasa. Adagium lama menyebut, nama adalah do'a.
Bahkan sejak perut bini yang hamil mulai jungkang, nama anak sudah disemat. Tak perduli saat berojolnya bagaiman nasib bini. Kalau-kalau bayinya sungsang atau normal.
Bisa jadi tak ke dokter, gegara uang sudah tekor, ngamplopin dukun. Menujum siapa mestinya nama si jabang bayi biar bejo.
Di kampung sebelah, ada yang beri nama anaknya Prakoso. Kurang lebih artinya perkasa. Namun nyanda sangka, setiap pulang main, Prakoso selalu mewek. Kena bully teman sebantaran.
Nama Prakoso bukan nama baru. Sejak sang bini mulai mulas-mulas, si bapak saban hari ke tukang ramal. Menujum berkat dari 102 nama yang dikumpulnya dari berbagai mimpi dan tanda-tanda alam.
Ada nama Tiger, Herkules, Bima, Kana, Arya, Asoka, Arjuna, Brata Birawa dan, Mahawira. Terakhir nama yang disiapkan Siti Saripe, kalau-kalau bayinya Perempuan. Cuma satu nama, saking pemalasnya.
Pertama-tama nama yang dikoleksi adalah Suparman. Berhubung bernama Supar/Suparman ini sudah seabrek di kampung, ia ganti lagi. Dari Suparman, lahirlah calon nama-nama baru.
Saking mewek saban hari kena bully, bapaknya mulai dongkol. Jelang Prakoso usia tuju tahun, bapaknya bikin selamatan. Hendak nambah nama Prakoso menjadi Sakti. Prakoso Sakti.
Ibarat kata, karena Prakoso ini kurang bejo, sehingga ditambah suplemen "Sakti." Jadilah Prakoso Sakti. Sudah perkasa, sakti pula. Tak kurang suatu apa. Nama ini sudah menggambarkan, jadi apa si Prakoso kelak.
Satu ekor kambing dijagal. Selawatan dan kemenyan menyuluk kesempurnaan berkat. Ananda Prakoso Sakti diharap-harap tak lagi letoy dan gampang mewek.
Satu minggu setelah selamatan dan namau baru; Prakoso Sakti mulai badung dan liar. Bahkan menjurus ke banal. Tingkahnya mulai bedegong. Kurang ajar luas biasa. Keluar masuk Koramil dan Polsek di usia belia begitu.