Lihat ke Halaman Asli

Munir Sara

TERVERIFIKASI

Yakin Usaha Sampai

Ketahuan, Nyali Ahok di ILC

Diperbarui: 4 April 2017   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kenapa Ahok tak datang di acara ILC Rabu 09/3/2016? Semalam, di antara kami perantau yang nonton di rumah kontrakan, ada yang golput, partisan, peneliti dan dan wartawan. Teman saya yang golput menimpali ketidakhadiran Ahok di ILC dengan kata-kata pedas menohok “ah, Ahok jagoan neon dan ga punya nyali, dia hanya berani kalau di Mata Najwa atau Kick Andy.” Begitukah?

Ketidakhadiran Ahok di acara yang dipandu wartawan senior Karni Ilyas itu, menggahar kita lebih dalam soal mental dan keberanian Ahok yang acap kali di media selalu dicitrakan berani melawan arus;tantangan. Lantas kita bertanya-tanya, apakah Ahok cuma berani di TV dan media yang memberhalakannya? Apakah keberanian Ahok hanya karena ia ada di antara kerumunan pemujanya? Dan menjadi kikuk, mati kutu, mati kaloto, ketika berhadap-hadapan dengan lawan?

Tentu kita tak punya jawaban yang pas; namun lagi-lagi, ketidakhadiran Ahok dengan tema ILC yang menantang soal pilkada DKI 2017 itu, seakan memantik kita, untuk berfikir dua kali menyimpulkan nyali Ahok. Atau bisa jadi kini, mantan bupati Belitung Timur itu drop, tergerus keberaniannya, karena lobi-lobinya pada PDIP rontok di tengah jalan. Berharap-harap ia punya “nilai tawar personal” di hadapan Mega; sebaliknya ia dianggap remeh-temeh oleh putri mendiang proklamator itu.

Dalam politik yang baik, seorang politisi yang cerdas bin bernas acapkali mengutamakan rasionalitas dan estetika dalam mengayun ritme politik. Semuanya harus terukur, inklusif dan tegas dalam soal prinsip dan nilai. Ahok, adalah “soal terberat” dalam rasionalitas politik; apalagi estetika dalam membangun konsensus. Ia acap kali grasak-grusuk, penuh emosi dan sering menggunakan otak kiri dalam merangkai langkah politiknya.

Itulah sebabnya, ia sangat sering pindah-pindah partai, tak mampu mengonsolidasi suatu tim yang kuat untuk melawan orang-orang yang dianggap kotor dan busuk di partai. Tarulah jika alasan pindah-pindah partai itu karena sudah tak sejalan dengan prinsip ideologinya, kenapa ia tak membangun kekuatan untuk melawan, bila perlu merebut kekuasaan partai? Dari sini dan ILC semalam (9/3/16), kita kemudian menghela kira-kira, bahwa ternyata nyali Ahok; cuma seukuran mulut besarnya di depan Metro TV atau Kompas TV.  

Lantas pagi tadi, di linimasa, beberapa orang menyoal nyinyirnya “teman Ahok,” mem-bully  Karni Ilyas sang host ILC. Sebagai bagian dari sebuah kerumunan, wajar bila Teman Ahok nyinyir; membela bos-nya yang dibilang separuh orang “tak bernyali.” Namanya juga sebuah gerombolan pendukung, wajib teriak, kalau mau dibilang gerombolan. Tapi sudahlah, saya yang dulu sempat mengira Ahok itu sang pemberani sejati, mulai menahan rasa kira-kira itu. Menimbang kembali, apakah Ahok adalah pemberani, atau cuma mulut besar bernyali kecil?

Ilustrasi : Dokpri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline