Lihat ke Halaman Asli

Munir Sara

TERVERIFIKASI

Yakin Usaha Sampai

Inspiratif, Bibiku Profil Pekerja Ulet di Kampung (Baranusa)

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14098244432117194881

[caption id="attachment_322299" align="alignnone" width="560" caption="Bibi Isa di sebelah kanan berkerudung merah (munir.doc) "][/caption]

Ibu berkerudung merah sebelah kanan ini bibi saya (saudara ayah) yang tinggal di Baranusa (Alor-NTT). Rumahnya berjarak 5 Meter dari sebelah kanan rumah kami. Namanya bibi Isa. Ia ibu yang ulet. Hari-hari bibi menjual kaleso di dermaga Baranusa. Dari pagi hingga malam, tangan dan kakinya tak henti bergerak. Ia terus sibuk dengan kaleso dagangannya.

Menyebut nama kaleso, impresi saya langsung menyentuh hal-hal yang beraroma liturgis, karena dulu kaleso hanya dinikmati pada hari-hari besar keagamaan; seperti Maulid nabi Mumamad saw, Isra mi'raj, dan malam Nujulul qur'an.

Kalau pun dijual di pasar, tapi sedikit dan tak seramai sekarang. Itu dulu. Sekarang kaleso lebih berimpresi pasar; untuk dijual, ramai dan hasilnya menyekolahkan anak. Kalau pagi jam 08.30 anda ke dermaga kapal Baranusa, susunan meja ibu-ibu penajaja kaleso berbaris. Pemandangan pelabuhan seperti karpet kaleso. Berjejer rapi.

Di antara jejeran penjaja panganan kaleso itu, bibi saya ada dan ikut berjibaku dengan para pembeli. Kaleso itu jenis panganan sebangsa lontong. Tapi kaleso dibungkus dengan daun kelapa atau daun gewang. Sebelum dikukus atau dimasak, beras kaleso ditumis lebih dahulu dengan komposisi bumbu berupa bawang merah dan pala. Jadi rasanya lebih plural dari lontong.

Biasanya, pagi buta, subuh pukul 03.30, bibi sudah bangun bergegas. Kalau ada suara perabot di dapur samping rumah, pasti itu bibi yang mulai menyiapkan kaleso untuk dijual ke pelabuhan. Paket lauk keleso bibi selalu dengan ikan goreng. Kalau bukan ikan Tembang, berarti Tongkol atau Kombong goreng balik tomat.

Aroma racikan kaleso bibi, tajamnya menusuk hidung. Bikin ngiler dan menohok rasa lapar. Aroma kaleso bibi juga isyarat bangun solat subuh. Kalau aroma kaleso berbumbu bawang dan pala tumis sudah melintasi dan terendus di hidung, berarti tanda subuh tiba, karena bibi sudah beraktivitas di jam itu. Aroma kaleso bibi seperti beduk subuh, menebar aroma, menghentak cita rasa dan memelek-kan mata.

Bibi menjual kaleso dari pagi jam 08-30 sampai sekitar pukul 14.00. Kaleso bibi dan ibu-ibu di kampung (Baranusa), umumnya dibeli oleh para calon penumpang dari Baranusa, atau penumpang transit dari Flores Timur (Larantuka) tujuan Kalabahi. Sampai sekitar pukul 14.00 itu, pasti kaleso bibi laku habis. Kadang juga tak habis terjual.

Kalau pulang kampung, saya selalu suka menunggu sisa kaleso bibi yang tak habis terjual. Ya...rasanya tetap top markotop, apalagi ditimpali ikan kombong atau tembang goreng balik tomat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline